Pilpres tahun ini saya rasakan riuh sekali, jauh lebih riuh daripada pilpres 5 tahun yang lalu. Mungkin karena saat ini sudah masuk era media sosial.
Hampir setiap hari linimasa Facebook saya dipenuhi oleh link berita dan komentar-komentar tentang para capres. Isinya sih kurang lebih sama, yakni menjelek-jelekkan capres lawan.
Kondisi serupa juga terjadi di Twitter. Bedanya, komentarnya lebih pendek. Meski demikian, ternyata 140 karakter pun sudah cukup untuk membuat kalimat-kalimat bernada sarkasme.
Saya benar-benar tercengang menyaksikan hiruk pikuk ini. Para pendukung kedua capres saling berseteru, dan beberapa di antara mereka menggunakan cara-cara yang cerdas. Continue reading ‘Bukan Malaikat’