Ini adalah buku keenam Bara ―begitu panggilan akrab penulisnya, Bernard Batubara.
Sesuai judulnya, buku ini semacam kumpulan surat yang ditujukan untuk Ruth. Nama lengkapnya Ruthefia Milana.
Surat-surat itu ditulis oleh Areno Adamar. Biasa dipanggil Are.
Melalui surat-surat tersebut, Are menceritakan perjalanan asmaranya bersama Ruth beserta hal-hal yang membuat hubungan itu naik turun. Mulai dari saat perkenalan, aktivitas bersama yang membuat mereka semakin dekat, hingga akhirnya… perpisahan.
Plot dan konfliknya sebenarnya sederhana, tapi permainan kata-katanya begitu bagus, sehingga yang sederhana itu jadi begitu menyentuh.
Satu yang sangat saya sukai dari buku ini adalah dialog-dialognya kuat dan efektif. Saya menduga, mungkin Bara suka membaca novel-novel klasik dunia, yang mana narasi novel-novel klasik itu memang sangat memikat, terlebih pada dialognya. Barangkali Bara belajar dari situ.
Dialog-dialog kuat yang muncul dalam buku ini membuat karakter masing-masing tokoh menjadi kuat pula. Dua elemen fiksi ini ―dialog dan karakter, memang saling mendukung.
Berkat kekuatan dialog itu, saya jadi bisa menangkap betapa melankolisnya Are, dan betapa cuek dan misteriusnya Ruth (yang membuatnya jadi sosok yang sangat menarik dan menggemaskan).
Ending buku ini sangat tidak disangka-sangka. Meski begitu, yang menarik sebenarnya bukan endingnya itu, melainkan narasi-narasinya. Kalimat-kalimatnya mampu mengaduk-ngaduk emosi.
Oh iya, dalam buku ini, tokoh utamanya mudah sekali jatuh hati kepada tokoh utama lainnya. Hanya dalam satu kali pertemuan. Hanya lewat dua-tiga peristiwa.
Saya tidak tahu ini sebuah kelemahan cerita atau bukan. Sebab cinta memang sering kali tidak logis, bukan? Dan lagi pula memang demikianlah ciri khas cerita roman.
****
Judul: Surat untuk Ruth
Penulis: Bernard Batubara
Editor: Siska Yuanita
Tebal: 168 halaman
Ukuran: 13,5 x 20 cm
Cetakan: April, 2014
ISBN: 978-602-03-0413-7
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Sepertinya itu bukan cinta ya. Sekedar naksir saja.
Oi, tambahan referensi. Hihihi. Seneng baca tapi males nyari buku nih saya.
Huaaaaa.. Kenapa harus berpisaaaah.. 😥
Aku udah baca, aku udah baca itu… Emang keren. Bara emang seniman kata-kata sih menurutku. Bahasanya nyastra banget, padahal anak Teknik dia lho. Hahaha…. (apa sih, ga jelas)