Jujur, sebelumnya saya tidak tahu banyak tentang sosok Karni Ilyas. Saya hanya tahu bahwa ia adalah pembawa acara Indonesia Lawyers Club.
Tak saya sangka, rupanya ia seorang legenda di dunia jurnalistik. Saya baru mengetahuinya setelah membaca buku ini.
Karni Ilyas melewati masa kecilnya dengan cukup berat. Ibunya meninggal dunia saat usia Karni baru 8 tahun. Jadi, bisa dibilang ia sudah mandiri pada usia yang masih belia.
Meskipun dari kecil sudah suka membaca —termasuk koran bekas dan sobekan majalah bungkus belanja, namun Karni baru mulai serius menulis pada masa SMA. Saat itu ia menulis topik apa saja, lalu mengirimkannya ke media massa. Beberapa tulisannya berhasil dimuat, dan hal itu membuatnya begitu bangga.
Tahun 1971, Karni telah mengantongi ijazah SMEA. Selanjutnya ia mengambil pilihan hidup dengan merantau ke Jakarta. Di ibu kota, ia berkuliah di Sekolah Tinggi Publisistik. Sayang, keadaan ekonomi yang buruk memaksanya untuk bekerja.
“Tapi kerja apa, ya?” batin Karni, bingung.
Ia teringat dengan cita-citanya, yakni menjadi wartawan. Akhirnya ia pun nekat melamar ke harian Suara Karya. Berkat perjuangan dan lobinya, ia berhasil diterima. Padahal, ketika itu Suara Karya sedang tidak membuka lowongan.
Selanjutnya Karni bertugas sebagai reporter di bidang hukum. Saat bekerja di Suara Karya itu, ia juga memperdalam ilmu hukum di Fakultas Hukum UI. Jadi, ia berkuliah sambil bekerja.
Buku ini mengangkat perjalanan Karni Ilyas selama 40 tahun menjadi wartawan. Pengalaman Karni sebagai jurnalis benar-benar panjang. Selepas bekerja di Suara Karya, lantas ia bekerja di Tempo, kemudian majalah Forum Keadilan, lalu merambah ke dunia televisi, antara lain SCTV, Antv, Lativi, dan terakhir TV One.
Sikapnya yang luwes membuat Karni memiliki relasi yang sangat luas. Ia memiliki banyak kenalan, termasuk jajaran atas, seperti kepala BIN, jaksa agung, menteri, dan bahkan presiden. Bentuk hubungannya juga tidak hanya profesional, tapi juga personal.
Kita tahu, wartawan bukanlah profesi yang mudah. Pekerjaan ini penuh dengan tekanan, termasuk tekanan dari atasan, pejabat, dan bahkan masyarakat.
Pergulatan Karni dengan itu semua menghasilkan cerita-cerita yang seru dan memikat. Tidak hanya yang manis-manis, tapi juga kisah pahit yang membuat hati teriris-iris. Fenty Effendy menuliskannya dengan baik di buku ini.
Ini adalah buku biografi, tapi tampaknya juga dimaksudkan sebagai buku motivasi. Di buku ini digambarkan tentang bagaimana kesuksesan sejati berhasil diraih berkat sikap disiplin, fokus, dan kerja keras. Keberhasilan itu dicapai oleh seorang Karni Ilyas.
****
Judul: Karni Ilyas – Lahir untuk Berita
Penulis: Fenty Effendy
Tebal: xx + 396 hlm
Ukuran: 15,5 x 24 cm
Bulan Terbit: Oktober 2012
ISBN: 978-979-709-671-7
Penerbit: Kompas
kalau saya tahunya gara-gara sering nonton ILK (tvone)
ILK itu kan Indonesia Lawak Klub, Mas. Dan itu di Trans TV 😀
bukan yang itu mas, tapi Indonesia Lawyers yang dibawain sama bang karni.
Oh iya, berarti ILC 😀
oya salah ketik, tapi bukan yang itu mas, tapi Indonesia Lawyers Club (ILC) yang dibawain sama bang karni 🙂
Btw, kapan-kapan cek spam ya, Mas. Sepertinya komentarku kecebur di situ….
ya mas ditter
saya juga bingung mas, kalau ada pengulangan kata dalam artikel dikolom komentar, masuk ke spam 😦
Waduh!
cara mengatasinya gimana mas?
bergabung di tvone merusak kredibilitasnya.
Mosok sih?
Karni Ilyas memang populer lewat ILC 🙂
Yupz 🙂
Mas, kapan-kapan cek spam, ya. Kayaknya komentarku kecebur di situ….
sebelumnya wartawan hanya mereka yang mengikuti berita, begitu tampil di ILC baru orang awam juga ngeh dengan beliau, termasuk di dalamnya saya 😦
Aku juga, Mbak 😀
Sama Dit, gw juga cuma taunya beliau ini pembawa acara ILK.. 😀
Tos! 😀