Tak ada angin tak ada hujan, salah satu relasi saya tiba-tiba meminta saya untuk menulis sebuah novel roman. Ia hendak menerbitkannya. Selama ini saya tahu bahwa ia memang bergiat di dunia penerbitan.
“Aku baca ceritamu yang judulnya Mei Lin,” ujarnya dalam obrolan kami pada suatu sore yang dingin. “Dari situ, aku merasa kamu berbakat untuk menulis cerita romantis.”
Well, selain membuat kepala saya membesar, kata-kata itu juga membuat saya percaya diri. Makanya saya langsung menyanggupi penawaran itu tanpa pikir panjang.
Dan sekarang saya kena batunya.
Setelah dipikir-pikir lagi, saya jadi ragu sendiri, apa iya saya bisa menulis novel roman? Keraguan ini muncul karena saya sendiri tidak punya banyak pengalaman romantis.
Mari saya beri tahu sesuatu. Seumur-umur, saya baru pacaran dua kali.
Kisah asmara saya dengan pacar pertama saya ―sebut saja Yulia (nama sebenarnya), bisa dibilang tragis.
Saat itu saya kelas 1 SMA. Sehari setelah jadian, entah kenapa Yulia tiba-tiba menghindari saya. Selama enam hari kami sama sekali tidak bertemu. Dan pada hari ketujuh, ia memutuskan hubungan kami melalui surat.
Setelah membaca surat itu, barulah saya tahu apa yang sebenarnya sedang terjadi. Rupanya ada teman sekelas Yulia yang menyukainya, dan temannya itu tidak terima jika Yulia jadian dengan saya.
Kebetulan orang itu adalah preman di kelasnya. Tanpa sepengetahuan saya, ia mengumpulkan teman-temannya dan berencana untuk memukuli saya. Namun, Yulia mencegah mereka.
Yulia berjanji kepada mereka bahwa ia akan memutuskan hubungannya dengan saya, asalkan mereka tidak memukuli saya. Dan Yulia memenuhi janji itu. Dalam suratnya, ia menjelaskan bahwa ia terpaksa melakukan hal itu demi saya.
Saya sudah bilang kepada Yulia bahwa saya tidak peduli jika dipukuli, yang penting saya tetap bisa bersamanya. Namun, ia tetap bersikukuh dengan keputusannya itu.
“Aku nggak mau kamu terluka, Dit,” begitu kata Yulia sambil menahan isak, saat kami bertemu diam-diam di belakang kelas.
Sampai di sini, silakan kalau teman-teman mau tertawa menangis.
Bertahun-tahun kemudian, tepatnya pada masa-masa akhir kuliah, barulah saya bisa punya pacar lagi. Ya, tentu saja dia bukan Leony.
Untuk yang satu ini, saya tidak mau cerita banyak. Yang jelas, selama menjalin hubungan dengan saya, sepertinya dia hampir mati kebosanan. Begitulah, saya memang tidak romantis dan kurang kreatif dalam menyenangkan perempuan. Tapi entah kalau di ranjang.
Maka kini saya pun berdiri di depan keraguan, apakah saya bisa menyelesaikan novel tersebut. Tapi karena saya sudah telanjur menyanggupi, maka saya akan tetap mengerjakannya. Entah nanti jadinya seperti apa.
Salah satu teman baik saya menyarankan agar saya banyak-banyak menonton film drama Korea. Padahal, selama ini saya hampir tidak pernah menontonnya, sebab film seperti itu bagi saya rasa-rasanya menggelikan. Tapi, saya pikir saran itu patut dicoba.
Doakan saya, ya, teman-teman 🙂
Ngayal, Dit. Mengkhayal kamu pengen punya kisah cinta macam apa. Yah, dengerin kisah cinta orang juga gak apa2. *modus*
Kalo gitu besok aku bikin cerita tentang perselingkuhan ah… :))
*Komat kamit baca do’a* percaya pasti bisa, kalau kisah nyata baru pengalaman yg diperlukan Dit 😀
Aamiin… Iya bener, Mbak 😀
film korea memang banyak inspirasi untuk masalah romantis walaupun saya tidak terlalu suka untuk menontonnya 😀
Tuh kan bener 😀
iya bener, nonton drama korea aja,beneran romantis banget *fans berar drama korea* 😀
Wa ini ada master of film Korea 😀
Oh iya, mbak, kapan-kapan cek spam, ya… kayaknya komentarku kecebur di situ 😀
oh ya?ok ok ntar aku cek 😉
eh iya bener ternyata komen masuk spam,,udah di approve,,makasih udah dikasih tau 🙂
btw salam kenal juga ya,,,
Ngayal aja, Mas. Gue juga selama ini sering bikin cerita-cerita romance dari film, novel, dengerin kisah orang, dll, dsb. Alhasil ada teman blogger yang juluki gue master of romance. Seriusan. Lol.
Haha… master of romance… keren, Bro… :))
Tau nama “preman” sekolah dan alamat rumahnya? Mau aku samperin…
Eh iya skrg si preman apa kabarnya? 😉
Aqied: Udah punya anak dia, Qied :))
Ouch. Lah mas adit?
Ops
Gimana, Qied? Tulisanmu nggak kebaca. Mungkin WP lagi error… :))
Ah iya kalo topik sensitif WP suka nge blur in tulisan ya
Hahaha… kamu pinter.
Hahahahaha…. :))
Di putusin lewat surat kek gimana tuh rasanya apa sama sepeti di putusin lewat ponsel? hihi
Wah, sakit banget, Mbak… Sakitnya tuh di sini…. Di dalam hatiku… *nyanyi
Yulia baik banget ya, Bang.. Beneran sayang tuh sama diri mu. Uda balikan aja. 😀
Dia udah nikah dan punya anak.. :))
Ya uda. Kalok gitu jadi selingkuhannya aja.. *dibunuh Bang Ditter*
AAAAAKKK KEREN BANGET
Bisa dapet kesempatan se-WAH itu
Envyyy 😥
Good luck novelnya kak!
Aamiin…. Terima kasih, Sob… 😀