Angels & Demons adalah salah satu film yang membuat saya terpukau. Film yang diangkat dari novel karangan Dan Brown itu memiliki akhir cerita yang sangat mengejutkan. Tidak disangka, sosok yang dianggap baik, dihormati, dan dicintai, ternyata sesungguhnya merupakan orang yang jahat.
Film itu membuat saya merenung dan merefleksikan diri. Saat ini kita sulit sekali membedakan mana sosok yang baik dan mana yang buruk. Terlebih jika kita hanya mengandalkan berita di media massa.
Semua bisa direkayasa. Semua bisa dikemas dengan apa yang disebut dengan pencitraan.
Karena itulah saya tidak habis pikir dengan orang-orang yang senang mengultuskan seseorang.
Untuk apa?
Sosok yang kita sangka baik, belum tentu benar-benar baik.
Terlebih lagi pengusaha, pejabat, dan pemimpin politik. Posisi mereka terlalu panas. Ada banyak kepentingan yang berputar di situ. Ada banyak orang jahat yang terlibat. Dan kita tahu, dalam meraih dan menjalani posisi yang dikelilingi oleh orang-orang jahat, kadang-kadang kita perlu menggunakan cara-cara yang tidak lurus.
Orang-orang jahat βkhususnya yang pintar, biasanya justru sama sekali tidak terlihat jahat. Mereka sering kali melakukan kebaikan-kebaikan untuk menutupi kejahatannya. Mungkin sebagian kecil orang terselamatkan oleh kebaikannya, tapi jauh lebih banyak yang menderita karena kejahatannya.
Sebaliknya, orang yang baik sering kali tidak benar-benar baik. Ada satu-dua keburukan yang dilakukannya. Mungkin sebagian kecil orang dirugikan, tapi jauh lebih banyak yang terselamatkan.
Sebenarnya mereka bisa saja menyembunyikan keburukan itu. Masalahnya, mereka berada di posisi yang sarat kepentingan, dimana sekelompok orang jahat juga terlibat. Jika orang jahat itu merasa terancam dan dirugikan, mereka akan bertindak. Mereka akan mencari tahu dan menyebarkan keburukan orang baik tadi kepada publik untuk menjatuhkannya.
Saya hanya ingin bilang, kita tidak perlu mengultuskan seseorang. Sebab, hal itu hanya akan membutakan dan menumpulkan pikiran kita. Well, bagaimanapun mereka cuma manusia biasa. Kita tidak perlu kebakaran jenggot ketika orang yang kita idolakan terbukti bersalah.
Kita fokus saja untuk melakukan kebaikan-kebaikan di sekitar kita. Kebaikan yang meskipun kecil, tapi bisa menginspirasi yang lainnya, hingga kemudian terkumpul dan menjelma menjadi kebaikan raksasa.
Eh, Angels & Demons itu yg tentang Illuminati itu bukan sih? Yg kalau di novelnya teksnya bisa diputer-puter tapi dibacanya tetep sama? Aku tahunya Dan Brown itu dari baca novel-novelnya, tapi malah belum pernah nonton filmnya, hahaha.
Kalau nggak salah ya sehabis baca Angels & Demons ini aku menciptakan frase “malaikat berjubah setan” dan “Setan berjubah malaikat”. Mungkin ya bener seperti katamu, kita mesti terus berupaya untuk berbuat baik, tanpa perlu memandang ini-itu. Terkesan naif sih tapi ya…
Iya, tentang iluminati mas Mawi.. nah kalau teks yang diputer itu namanya anagram. Saya penggemar beran tulisan Dan Brown. Angels and Demons ini salah satu tulisan kerennya. Tapi kalau difilmkan kok rasanya hambar sekali. Hehehe. Da vinci code juga sebegitu saja filmnya. Mungkin imajinasi kita akan lebih liar jika baca bukunya ya. buku inferno paling baru itu juga lebih keren dari ini.
salam kenal π
Nah, tuh udah dijelasin sama penggemar tulisannya Dan Brown tuh Mas Mawi… π
Terima kasih atas penjelasannya ya Mbak Gulunganpita π
Benar sekali mas, itulah mengapa saya sangat mengamini bila ada oarng yang bilang bahwa dunia ini panggung sandiwara, apa yang terlihat benar belum tentu benar, pun juga sebalikanya apa yang terlihat salah belum tentu sepenuhnya salah π
Nah! Setuju, Mas!
saya mungkin juga bukan orang baik, tapi tetap berusaha untuk menjadi baik.
Tos dulu kita, Mbak π
Ehm.. Pembahasannya berat nih. Hihihi.. π
Kalok aku makanya pengen jadi orang biasa aja, Bang Ditter. Biar tetep bisa jadi diri sendiri. Ngga peduli dikatain apa, yang penting kelakuan ku baik menurut ku π
Iya juga ya, Beb, agak berat, haha…. Sekali-kali ggak apa-apa lah ya :p
Apa ini terapan dari pelajaran filsafat Abang dulu? Wkwkwk.. π
Mungkin, Beb. Masih suka kebawa-bawa nih, hahaha….
Sepakat, Mas. Mengagumi sih wajar, tapi tak harus fanatik, seolah semua benar olehnya. Kalau film luar kebanyakan gitu yah. Tokoh yang jahat sulit ditebak, keseringan kecolongan, salah menduga :D.
Iya mas, beda banget sama film Indonesia ya :p
Kadang yg selama ini kita anggap baik malah menikam kita dari belakang dan sakitnya tuch disini #NunjukJantung
Betul, Mas Cumi! Tumben nih kata-katanya bener :))
SUPER SEKALI!
Hahaha…. bisa aja :))
Tapi ini beneran SUPER SEKALI.
Lol
Aku percaya pada hakikatnya gak ada orang yang jahat banget sama seperti halnya gak ada juga orang yang baik banget mas
Karena hidup ini kan bukanlah sinetron yang semuanya mutlak hitam dan putih kan yah?
Pastilah ada setitik kebaikan dalam diri si jahat, dan akan ada juga secuil kejahatan di dalam diri si baik…
Makanya setuju banget denganmu bahwa kita tak perlu mengultuskan seseorang mas ^^
Waaah…. terima kasih karena sudah membaca dan menangkap inti tulisan ini dengan baik, Mbak :’)
Setujuh mas, Kita tidak bisa menilai apakah kita baik atau tidak. Tapi Orang lainlah yang bisa menilai kita apakah kita baik atau tidak di mata mereka.
Jadi berusahalah menjadi orang yang baik. π
Tos dulu kita! π
kalau pengusaha, kebanyakan buruk karena sistem.
misal; pengusaha penggelap pajak. bisa jadi karena kepengurusan pajak dipersulit pegawai pajak. bisa juga bertemu pegawai pajak macam gayus.
contoh lain; pengusaha yang dibackingi perwira tni/polri. bisa jadi anggota tni/polrinya memang bermental preman. bisa juga pengusahanya menghadapi persaingan yang tidak sehat.
Saya setuju, Mas π
Intinya manusia itu ndak sempurna, ngga ada orang jahat yg ga pernah berbuat baik ngga ada juga orang yg sempurna kebaikannya. Lumrah π
Nah! π
Setuju sama kata2nya mba Er π
Berarti kita semua satu pikiran, Mbak π
Semuanya bisa di balik layar, hahaha
Hehe….