Tangisnya pecah sesaat setelah aku mengatakan itu. Mata sipitnya yang jelita mencair. Ia memandangku sambil menahan isak. Aku tidak tahu apakah itu tangis kesedihan atau kebahagiaan. Segera aku menggenggam tangannya, berharap bisa menjalarkan kehangatan yang mampu mendamaikannya.
“Ka… kamu yakin?” ia bertanya dengan terbata-bata seraya menatapku tajam. Setelah berkata begitu, ia menutup mulutnya dan berpaling ke arah lain, tampak berusaha kuat menahan tangis.
Kilau keemasan lampu restoran membuat suasana semakin sendu, sekaligus romantis. Malam itu Mei Lin mengenakan kaus hitam dengan lengan yang digulung, berpadu sempurna dengan kulitnya yang seputih pualam. Well, saat sedang menangis pun, ia masih tetap memesona.
“Mei …,” aku mengusap-usap tangannya sambil tersenyum lembut. “Tentu saja aku yakin. Kamu tahu itu….”
“Tapi, Dit…,” ia menatapku lagi. “Kita, kan….”
“Aku tahu itu, Mei,” ucapannya kupotong dengan cepat. “Nanti kita hadapi bareng-bareng. Kita kan sudah pernah bicarakan ini.”
“Iya, Dit… tapi….”
Ia tidak meneruskan ucapannya. Tangisnya pecah lagi. Pundaknya naik turun.
Aku mengeluarkan tisu, lalu mengusap wajah Mei Lin dengan lembut. Aku tidak tahan melihat gadis itu menangis. Kau tahu, aku selalu ingin membuatnya bahagia.
Mei Lin meneguk jus jeruk di hadapannya setelah tangisnya reda. Kemudian, ia menarik napas panjang, lalu mengembuskannya sambil mendesah. Pada detik itu, aku merasa ia baru saja menumpahkan beban pikiran yang memberatkan kepalanya.
“Jadi bagaimana, Mei?” aku melontarkan pertanyaan itu dengan degup jantung yang kacau.
Mei Lin termangu. Dan aku masih menunggu.
“Dit…,” suara Mei Lin terdengar kaku. Ia memandangku dengan datar tanpa ekspresi. Tapi, sesaat kemudian raut wajahnya berubah cerah. Ia mengulum senyum, lalu berkata, “Aku mau….”
Rasanya kepalaku seperti dihantam palu. Mei Lin… gadis impianku…. Aku hanya bisa ternganga, lalu tertawa lebar tanpa suara.
Seperti inikah rasanya bahagia?
“Ayo kita pergi,” ujar Mei Lin, tiba-tiba. Ia berdiri, mengambil kotak berisi cincin di atas meja, lalu memasukkannya ke dalam tas.
“Lho, kenapa?”
“Kita pindah tempat aja. Di sini nggak asyik, terlalu formal,” ujarnya seraya beranjak pergi.
Aku tersenyum. Kupandangi Mei Lin dari belakang. Rambut lurusnya yang dikuncir ekor kuda tampak bergoyang-goyang.
Kamu benar-benar cantik, Mei….
“Dita!” tiba-tiba Mei Lin berbalik sambil berkacak pinggang. “Ayo buruan!” serunya dengan mimik yang seolah-olah dibuat kesal.
Seketika lamunanku buyar.
Aku tertawa, lalu segera berlari menghampirinya. Kupeluk pinggangnya yang ramping dengan mesra, dan ia menyambutnya dengan pelukan yang hangat pula. Lantas kami pun berjalan beriringan, meninggalkan orang-orang yang memandangi kami dengan tatapan yang ganjil.
*) Lagi belajar nulis fiksi, nih… 😀
Itu ceritanya Mei Lin sama Dita latihan acting gitu? hahaha, lucu.. awal baca pikiran uda kemana mana
Kok latihan akting?
loh jadi mereka pasangan beneran ya?
hehehe kirain mereka lagi latihan akting..
Hahaha… 😀
Keren, awalnya dikira sama ‘Ditter’, ga taunya,,,,
jeruk makan jeruk 😀
😀
Aku pikir Mei Lin ini si gadis ekor kuda yang ketemu di pesawat, trus Bang Ditter nembak dan minta jadian.. Ngga taunya.. ._.
Akuh kecewaaaah! *pembaca kesel*
*kabur dari lemparan tomat
Waaa… Khusus dewasa ini, atau justru malah dewisi.
Dewasa dikit 😀
kayaknya emang cocok banget jadi penulis. Bagus Dit 🙂
Masak sih, Mas? Haha… makasih!
Aku kira “Dit” itu Adit atau Ditter. Ternyata Dita. Yowis lah… 😛
Namanya memang agak-agak mirip, Kim 😀
hah sesama cewe toh huahahaha
Mei Lin dan Dita ini pasangan?
wah seru juga ini fiksinya hihi
Ceritanya sih mereka pasangan gitu, Mey 😀
owalah, bisa aja nih bang ditter~ 😛
padahal udah seru diawal, eh ternyata satu gender~ 😆
😀
oalah.. keren ka cerita fiksinya,
Makasih 🙂
Dita?
Jadi ini jeruk makan jeruk?
Pantesan banyak yang menatap ganjil. Hahahahah 😆
Hehehe…. 😀
Jadi bukan “ADIT” tapi “DITA” jadi jadi mereka lines gitu ???? #kepo
Ih, mas Cumi kepo banget deh…. 😆
Dit, minta ditabok sebelah mana? Kamu PHP sekali yah.. Hahhaa.. Kirain ini cerita relate ke yang Pesawat..ckckck.. Latihannya bikin fiksi nya sukses Dit, lanjutkan!!
Haha… makasih banyak, Mbak!
Ini tentang pasangan lesbi kah? Hahaha
Kira-kira begitu, Mas 😀