Ehm. Pada kesempatan kali ini saya mau meresensi sebuah buku baru bergenre horor terbitan Bukune. Resensi ini saya buat dalam rangka Blog Tour 13 Hari Bikin Takut yang diadakan oleh penerbit tersebut. Kebetulan saya terpilih sebagai salah satu host-nya, dan kebagian tugas untuk meresensi buku ini.
Oh iya, omong-omong, dulu saya pernah bikin cerpen horor juga, lho. Judulnya Viola Safira. Silakan kalau teman-teman mau baca #LahDiaMalahPromoTulisannyaSendiri.
Oke, sebelum berangkat lebih jauh, ada baiknya kita simak dulu blurb novel horor ini.
……………………….
Yudha
Hawa pegunungan yang asri dan segar ini memang baik untuk kesehatan paru-parunya. Hanya saja, pada malam hari, tempat ini terasa terlalu menyeramkan baginya.
Elisa
Setahun yang lalu, kakak yang sangat disayanginya menghilang tanpa kabar. Satu-satunya petunjuk yang ia punya adalah lokasi terakhir keberadaannya; sebuah telaga misterius, tempat Elisa mencarinya sekarang.
Dewa
Setelah kecelakaan itu, Dewa merasa terikat pada Elisa. Ia merasa bertanggung jawab atas bisikan-bisikan jahat… Bisikan yang ingin mencelakai mereka.
Ketiganya bertemu di Vila Andaru. Tempat yang membawa mereka pada petaka yang lebih besar lagi….
……………………….
Novel ini memang berkisah tentang ketiga tokoh tersebut. Yudha —seorang remaja yang menderita penyakit paru-paru, dikirim oleh kedua orangtuanya untuk beristirahat di vila keluarganya di daerah pegunungan. Ia perlu berada di sana untuk menyehatkan paru-parunya.
Kemudian Elisa dan Dewa —pasangan kekasih yang juga masih remaja, pergi ke daerah pegunungan itu juga. Mereka berdua mengemban misi mencari keberadaan kakak Elisa yang menghilang tanpa diketahui rimbanya. Nah, keduanya sama-sama memiliki “kelebihan”, yakni mampu melihat makhluk yang tak kasat mata.
Yudha sebelumnya tidak mengenal Elisa dan Dewa. Mereka berkenalan secara tidak sengaja dalam suatu peristiwa. Sejak perkenalan itu, Yudha jadi bisa melihat makhluk gaib juga.
Menarik sekali mengikuti cerita bagaimana ketiga tokoh bisa bertemu dan kemudian membentuk rangkaian kisah yang seru. Alur ceritanya halus dan logis. Semua bagian saling berkaitan. Rasa-rasanya tidak ada bagian yang dibuat sekadar untuk menambah-nambah jumlah halaman. Jadi ceritanya cukup padat dan tidak bertele-tele.
Selain itu, jalan ceritanya sungguh tidak terduga. Ada banyak twist di sana. Dan di bagian akhir, terungkap banyak hal yang sangat mencengangkan yang sebelumnya tidak saya duga sama sekali.
Saat membaca buku ini, berbagai makhluk seram dan tempat-tempat mencekam bisa terbayang dengan jelas di kepala saya. Sang penulis lihai dalam mendeskripsikan peristiwa horor dan makhluk yang menyeramkan. Jadi, saran saya, jangan baca buku ini malam-malam.
Saya belajar banyak dari novel ringan ini. Mulai dari gaya bahasa, deskripsi horor, alur, hingga tempo cerita. Kebetulan saya berencana untuk menulis buku horor juga. Tapi entah besok bisa menulis sebagus buku ini atau tidak. 😀
………………..
Judul: Tujuh Hari di Vila Mencekam
Penulis: Cerberus Plouton
Tebal: 168 halaman
Penerbit: Bukune
ISBN: 978-602-220-137-3
Yaa bacanya sekarang, mana sempat mikir ide horor untuk foto,
sukses berhoror-horor deh bagi yang ikut.
Haha…. telat ya, Mbak 😀
aku lihat di twitter pas mas adit ud ngumumin pemenangnya. huft.
tapiiii palingan aku jg gbisa sih foto serem. hahahaha
Hehe… maaf ya Qied ngotor2in timeline-mu 😀
Pengen ikutan tp ga bisa bikin foto seremnya 😀
Haha… itu aja aku dibikinin temen mbak 😀
Wahh saya suka horror horor gini nih..
Nanti ke gramed iseng baca ahh..
Awas jadi susah tidur 😀
Engga dong.. :p
Horror itu seru, kebawa mimpi iyaa.. 😀
Sepertinya keren novelnya mas…
Kalo aku sebenrnya dari dulu punya cita2 terpendam pengen bikin novel kriminal sejenis Agatha Christie gitu lho mas, soalnya otakku kan suka rada kriminal gimanaaa gitu…hihihi…
Tapi ya gitu deh, dari dulu bab 1 terus kagak maju2…bhuahaha…
Haha…. ayo mbak diterusin! Sayang lho kalo terbengkalai begitu aja 😀
Berhubung aku penakut, aku nyerah deh.. *lambaikan tangan ke arah kamera*
Kru dan kameramennya udah pada pergi, Beb. Jadi kamu sendirian di sana :))