Kalau teman-teman mengikuti Twitternya Pandji Pragiwaksono, juga rutin membaca blognya, maka kalian bisa tahu betapa ia sangat gigih dalam berkarya.
Mas Pandji —begitu saya menyebutnya (sok akrab bingits), menekuni beberapa bidang. Selain terbiasa mengisi acara-acara sebagai MC, ia juga banyak berkarya di dunia tulis menulis, musik rap, dan stand up comedy. Bahkan ia termasuk orang yang membumikan stand up comedy di Indonesia.
Dalam berkarya, tidak semua orang menyukai karya kita, dan itu pula yang terjadi dengan Mas Pandji. Berkali-kali ia dihina. Sudah tidak terhitung pula karyanya dipandang sebelah mata.
Tapi, ia tidak berhenti. Ia masih terus berkarya.
Mas Pandji pernah bilang, kalau karya kita jelek, ya sudah, mau bagaimana lagi. Itu berarti kemampuan kita memang baru sampai di situ. Terima saja, dan kita tidak perlu minta dihibur atau membuat drama.
Daripada melakukan itu, lebih baik kita terus belajar dan berkarya. Lama-kelamaan kemampuan kita akan meningkat. Dengan begitu, pasti kita bisa menghasilkan karya yang jauh lebih baik lagi.
Well, itu keren sekali. Dan sangat menginspirasi.
Dalam salah satu kicauannya, Mas Pandji berkata bahwa aset terbesarnya mungkin adalah rasa penasarannya yang begitu tinggi dan keyakinannya bahwa kegagalan merupakan hal yang biasa.
“Keinginan gue untuk sukses jauh lebih besar daripada ketakutan gue akan kegagalan,” begitu kata Mas Pandji.
Kita tahu, tidak banyak orang yang berani gagal. Sebuah penelitian bahkan membuktikan bahwa sebagian besar orang lebih memilih untuk menghindari risiko kerugian daripada memanfaatkan potensi keuntungan.
Jujur, dulu saya sempat merasa takut gagal ketika menulis buku perdana saya, Anak Kampus. Bayangkan, ketika teman-teman saya menulis karya tentang Jacques Derrida, Søren Kierkegaard, Albert Camus, atau Seyyed Hossein Nasr, saya malah menulis buku komedi remaja dengan gaya bahasa yang meluber ke mana-mana.
Meski demikian, akhirnya saya tetap nekat, sebab memang saya punya konsep sendiri.
Buku itu sebenarnya merupakan buku komedi-motivasi dengan sasaran pembaca kelompok ABG. Saya menulisnya dengan cara bertutur yang khas ABG juga supaya memiliki “engagement” yang kuat dengan mereka.
Para remaja adalah kelompok yang punya potensi besar, tapi sayangnya rentan tersesat jika tidak diarahkan. Maka saya pun menulis buku itu dengan maksud memberikan pilihan cara pandang kepada mereka supaya bisa lebih termotivasi dalam meraih prestasi.
Konsepnya sih begitu. Tapi namanya karya perdana, tetap saja saya takut gagal. Takut buku itu tidak diterima masyarakat.
Singkat kata, akhirnya buku itu pun terbit. Tak disangka, sambutannya lumayan bagus. Beberapa testimoni positif saya terima lewat e-mail dan Twitter. Sebagian besar dari para remaja, sesuai dengan sasaran pembacanya. Tapi, saya juga menerima kritik, dan kritik itu saya jadikan bahan pelajaran.
Nah, kini saya mencoba membuat sesuatu lagi. Dalam waktu dekat ini insya Allah akan terbit dua buku saya. Dua-duanya berbentuk komik.
Yang pertama berisi semacam kritik sosial yang disampaikan dalam bentuk visual. Saya bekerja sama dengan seorang teman. Saya mengonsep dan membuat naskahnya, sementara ia membuat komiknya. Insya Allah bulan depan sudah terbit dan bisa didapatkan di toko-toko buku terdekat.
Oh iya, ini foto dummy-nya.

Sampul depan

Isi

Sampul belakang
Adapun komik yang kedua berkonsep Islami. Saat ini sudah rampung 95 persen. Desain sampulnya sudah ada, tapi belum bisa saya tampilkan di sini. Rencananya sih bakalan terbit sekitar satu setengah bulan lagi. Nanti akan saya kabari lagi lewat blog ini.
Well, semoga semuanya berjalan lancar. Doakan, ya. 🙂
Kalau sudah masuk TogaMas ntar berpindah ke lemari buku saya, hehehe
Haha… terima kasih, Mas! 😀
waahh buku komiknya sepertinya keren mas…saya jadi kepingin ikutan berkarya seperti mas, tapi rasanya masih kejauhan saya untuk melakukan hal tsb:D
salut dgn smngat pantang menyerahnya mas, mudah2an sayapun bisa menirunya untuk menelurkan sebuah karya, aamiin
Dicoba dulu aja, Mas. Siapa tau bisa, hehe… Semangat!
aamiin..sukses mas ditter!;D
Terima kasih, Rina 🙂
semoga lancar dit 🙂
Terima kasih, Mas Chandra! 🙂
Semoga lancar dan laris ya, Baaaaang.. 😀
Aamiin… tengkyu, Beby!
Mau dong jadi proofreadernya. Sukses terus bang.
Proses proofreading-nya udah selesai Bro, sekarang udah cetak, hehe… Aamiin.. tengkyu, ya!
Gw baca buku lu, Dit.. Berarti gw masih ABG yah? Asikkk.. *nari2 ala pilem India*..haha.. Sukses yah buku keduanyaa.. 😀
Lupa ganti account..haha 😀
Hahahaha… :))
Mungkin usia sudah lewat seperempat abad, tapi jiwa masih ABG mbak, haha….
Aamiin… terima kasih Mbak Pypy!
Whoaaaaa…
Mas Ditter hebat sekali sih dirimu iniiiih…
Bisa produktif gitu 🙂
Moga sukses buat bukunya yah mas 🙂
Haha… Aamiin… terima kasih banyak, Mbak Erry. Ayo mbak nulis buku juga 😀
waw suami saya juga kartunis. harus belajar di sini nih…
Belajarnya ke partner saya, soalnya dia yg bikin komiknya, hehe…
syukuraaaaaan!!!
*eh
Kok aku malah disyukurin toh… 😦
Thanks in support of sharing such a good idea, post is fastidious, thats why i have read
it entirely
sukses untuk kedua buku yang akan terbit Dit,
melebihi anak kampus.
Aamiin… terima kasih banyak, Mbak! 😀
Kata-kata mas pandji menginspirasi sekalii. Mantapp
Iya mas, keren dia 🙂
Assalamualaikum Ditter
Keke, mengundang Ditter untuk melangkah bersama di http://kekekenanga.wordpress.com/2014/09/19/odop-ala-blogger/
Salam ODOP
KekeKenanga
Wa’alaikumsalaam Wr. Wb.
Oke Keke, terima kasih atas undangannya. Aku baca-baca dulu, ya 🙂
Sukses, Dit! Semoga lancar dan semoga buku-buku berikutnya laris manis. 😀
Tengkyu, Kim! Aamiin!
Sama kayak aku ya, Mas. Kebanyakan novel yang kubikin tuh emang beraroma teenlit. Hahaha. Nggak sedikit yang mencela. Bahkan sempat down banget dapet kritikan dan pandangan meremehkan — yang bahkan seringnya datang dari sahabat sendiri. Sakitnya tuh di sini (Nunjukin bisul di pantat) -_-
Thank for this post. It really exalt my spirit again.
Haha.. tos dulu kita, Mas!
Wah, syukurlah kalau tulisan ini bisa membangkitkan semangat. Sukses, ya! 🙂