Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan teman akrab saya kala SMA, yakni Agus. Kami sengaja janjian, sebab selain karena sudah lama tidak berjumpa, kebetulan ia juga mau menyerahkan surat undangan pernikahannya untuk saya.
Di sela-sela pertemuan itu, kami pergi ke warung bakmi jawa untuk makan malam. Saya pesan nasi goreng magelangan, sementara Agus pesan bakmi rebus.
“Ternyata kamu masih kayak dulu, ya, Dit,” ujar Agus sambil menahan tawa saat kami berdua hampir menghabiskan makanan kami.
“Sama gimana, Gus?”
“Itu,” Agus menunjuk piring saya.
“Ooh… hahaha….”
Sebagai seorang teman dekat, rupanya Agus tahu betul kebiasaan saya. Kalau makan, biasanya saya akan menyisihkan bagian yang paling enak untuk kemudian saya santap pada saat-saat terakhir.
Misalnya, saat makan nasi goreng magelangan, saya akan menyisihkan suwiran ayamnya, dan menghabiskan nasinya terlebih dahulu. Kalau makan ayam goreng cepat saji, saya akan menyisihkan bagian kulitnya, dan menghabiskan daging ayamnya terlebih dahulu. Begitulah cara saya menikmati makanan.
“Save the best for the last,” kata teman kuliah saya saat kami sedang makan siang di kantin.
“Maksudnya?” saya melongo, tidak mengerti kenapa dia tiba-tiba berkata begitu.
“Cara makanmu,” ujarnya seraya menunjuk piring saya. “Kamu menyisakan bagian terbaik yang ada di piringmu untuk kemudian kamu nikmati pada saat-saat terakhir. Namanya, save the best for the last.”
Saya manggut-manggut. Saya baru tahu, ternyata cara makan seperti itu ada istilahnya.
Kita tahu, cara setiap orang dalam menikmati makanannya memang berbeda-beda. Misalnya, beberapa teman saya kalau sedang makan pasti akan minum. Maksudnya, baru melahap makanan beberapa sendok, mereka akan langsung meneguk air, dan begitu seterusnya. Sedangkan saya, hampir tidak pernah melakukannya, kecuali kalau tersedak.
Saya memang kurang suka minum di tengah-tengah makan, sebab bagi saya hal itu bisa “merusak” rasa makanan yang sedang saya santap. Saya tidak mau mengurangi kenikmatan rasa itu. Jika makanan di piring saya sudah habis, baru saya akan meneguk air minum.
Kalau sudah begitu, aaah… rasanya puas sekali. Mantaaaap! 😀
Saya juga begitu kok. Kalau makan biasanya yang enak atau yang jadi favorit saya, saya simpan untuk saya makan terakhir. Soalnya sayang kalau yang enak itu harus dimakan duluan. 😀
Tos!
kenapa kelakuan kita sama ya?
Ternyata kita punya banyak kesamaan ya, haha….
samaaaaa bangeeeet…..
biar happy ending gituuuuh
Tos! :))
Mas… aku pun kalo makan pasti minum tuh bener-bener terakhir deh kecuali keselek. Soalnya ngerasa setelah minum air perutnya jadi agak kenyang gitu 😛
Nah, ini masuk akal juga. Tos!
penikmat makanan berarti tuh Dit,
desain burung dibajunya bagus *salah fokus #eh 😀
Iya mbak, saya sangat suka makanan, hahaha….
Ciee Templatenya baru nih mas :p
Hehehe… iya 😀
cieeee.. yang suka selfiee 😀
Hahaha…. jadi malu 😀
Wkwkwk.. Bisa malu juga..
Sama persis denganku, kebiasaannya sama dan aku juga baru tau istilah itu, save the best for the last 😀
Tos!
Wah beda sama aku, aku kurang suka gitu. Lebih sukanya eat the best first. Lol
Hahaha…. ternyata kita punya banyak perbedaan :p
Katanya model makan begitu tipenya orang sukses 😀
AMINNN…. 😀
biasanya saya minum di tengah2 makan, kadang makan dulu sih hehe, sekarang saya sudah ga makan kulit ayam, makan dagingnya saja 🙂
Wih, gaya hidup sehat ya, Mas, hehe….
Samaaaaa.. Aku jugak ngabisin makan dulu baru minum. Soalnya kalok diselingi minum pasti langsung kembung trus nelangsa seharian.. Wakakakakkk.. 😀
Selfienya nanggung 😛
Iya, kalo kembung nggak enak bangettt… 😀
Masak nanggung sih? Padahal udah total lho, hahaha….
Kebiasaan gw sebelum makan minum dulu, basahin mulut 😀 Trus sama sih, kalo makan keepci pasti kulitnya belakangan..hehe 😀
Tos! Haha….