You are what you do, not what you say you’ll do (NN)
Saya punya seorang kakak angkatan yang dari dulu aktif sekali di FB, sebut saja Wawan. Saya tidak terlalu mengenalnya, sebab ia beberapa tahun di atas saya, dan kami tidak pernah sekelas. Meski demikian, kami berteman di FB.
Wawan sering memasang status FB yang berisi komentarnya tentang isu-isu terkini. Biasanya ia mengutip berita dari portal berita online, lalu memberinya komentar panjang.
Selain itu, ia juga sering sekali memasang status tentang hal-hal yang hendak ia lakukan. Misalnya, “jam segini mau ikut seminar ini, setelah itu meluncur ke workshop ini, kemudian les bahasa Inggris, lalu berangkat ke tempat dosen untuk mendiskusikan ini”, dan sebagainya. Kadang-kadang ia juga menulis impian-impiannya di FB.
Teman-teman saya lainnya di FB sebenarnya juga suka melakukannya, tapi tidak sesering Wawan.
Tadinya status-status Wawan membuat saya kagum. Sepertinya dia orang yang aktif dan intelek sekali. Tapi, penilaian itu berubah drastis ketika sebuah kejadian yang tidak mengenakkan terjadi.
Saat itu Wawan melamar kerja ke kantor tempat saya mencari nafkah. Tentu saja saya sangat senang. Saya merasa, jika orang seaktif dan seintelek dia bisa bekerja di kantor saya, maka kantor saya bisa maju pesat.
Wawan datang ujian tepat waktu bersama dengan pelamar lainnya. Mereka langsung dipandu ke kubikel masing-masing, dihadapkan pada komputer yang berisi soal-soal ujian.
Pada pertengahan waktu ujian, terjadilah kehebohan. Kubikel tempat si Wawan kosong, dan tidak ada yang tahu ke mana si Wawan pergi.
“Coba telepon saja, Pak!” kata saya kepada si pemandu ujian. Ia mengangguk-angguk, lalu menelepon Wawan. Namun, teleponnya tidak diangkat.
Sepertinya Wawan telah kabur, sebab jawaban yang terketik di komputer belum mencapai setengahnya, dan ia tidak berpamitan kepada si pemandu ujian.
Tentu saja saya sangat kecewa. Saya juga malu kepada teman-teman kantor. Tidak saya sangka, Wawan bisa melakukan tindakan yang tidak terpuji itu. Tapi, saya tetap mencoba berpikir positif. Mungkin ia sedang ada urusan mendadak.
Siangnya ketika saya membuka FB, rupanya Wawan memasang status dengan nada yang ringan tentang kejadian tadi pagi. Katanya ia memang sengaja kabur dari tempat ujian karena soal ujiannya sulit-sulit, padahal kantornya hanya kantor kecil.
“Lebih baik aku ikut ujian di tempat lain saja,” begitu kurang lebih bunyi kalimat terakhir di statusnya.
Saya tercekat.
Menurut saya, ia benar-benar tidak bertanggung jawab. Kalau memang mau mundur dari ujian, paling tidak ia pamit kepada si pemandu. Itulah yang selayaknya dilakukan oleh orang yang sopan, berpendidikan, dan berintegritas, tidak lantas kabur begitu saja.
Work hard in silence, let your success be your noise.
Rupanya saya salah total dalam menilainya. Belakangan saya baru tahu, rupanya ia sudah terkenal ‘banyak omong’ di antara teman-teman kampus yang sudah mengenalnya.
Saat ini usia Wawan sudah 30-an, belum menikah, pekerjaannya masih belum jelas, dan bahkan orangtuanya masih menanggung kehidupannya.
Benar ya apa kata pepatah, “Kamu adalah apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu bilang hendak kamu lakukan.”
Kok yo sama seperti pengalamanku? Bedanya itu orang training yg disuruh ngerjain proyek bareng aku. Eh, di tengah jalan malah kabur. Akhirnya aku kerjain sendiri. Tapi ya udah gitu di FB dia masih cuap2. Hadeh… bosok lah >.<
Wah, bener-bener menjengkelkan, Mas…. 😀
Btw, setiap kali aku mau komentar di web ‘Maw Mblusuk?’, kok selalu gagal, ya….
mosok??? gagalnya itu komentarnya ga tampil gitu ya?
Iya,Mas…. Apa mungkin karena modemku, ya…. Soalnya di beberapa website juga sering gagal, hehe….
Berarti sosmed belom tentu mencerminkan aslinyà si pemilik akun kan ya.
kayanya duluu aku pernah bahas itu. Tapi beda kasus sama yg ini
Iyakah? Aku belum pernah baca postinganmu yg itu berarti 😀
Beda jauh sih kasusnya.
intinya ya gak bisa nyimpulin seseorang cuma dr sosmednya.
Kaya pd ngirain hidupku hepi n enak banget terus karna lihatnya di IG, Fb, dll. Lah yg aku share emang yg hepi doank. Kalo sedih ngapain meratap2 di sosmed. Gitchuuh
Oh iya, inget! Kalau yg itu mah aku pernah baca… 😀
berarti sosmed tempat mengekspresikan mimpi yang belum kesampaian tapi seperti ‘sudah’ di gapai 😀
Iya mbak, hahaha….
work hard in silence.. super sekali.
Terima kasih, Sahabat Super 😀
Pesan moral dari cerita ini adalah jangan menilai seseorang hanya dari statusnya. :evilgrin:
Aha, tepat! 😀
Kita ambil hikmahnya saja. 🙂 Semoga ini tidak termasuk sedang membicarakan kejelekan orang lain, 😀 hahaha *piiissss (salam 10 jari 😀 )
Salam! 😀
🙂
Di dunia nyata berlaku juga hal yang sama ya? 🙂
Maksudnya gimana, Mbak? Maaf, saya agak bingung 😀
berarti si wawan bisa di bilang ADM yah (Anak Dunia Maya) yang sedikit sedikit update ke fb wkwk..
Bisa jadi tuh, ahahaha….
Asli deh mas orang yang kaya gini menurutku malesin. Oh ya aku sih gak mudah percaya sih sama orang yang bentar-bentar update status sibuk a terus sibuk b kemudian mau kerjain c. Kalo emang dia bener mau melakukan hal yang dia bilang pasti deh udah gak sempet lagi yang namanya update status. Mungkin sempet tapi gak secara intens gitu loh… kan sibuk….masa update status terus? Sibuk apa pura–pura sibuk? *bitchy* Hahaha.
I like your comment! 😀
Hihihi.. Aku sejak kejadian planning yang ancur berantakan itu jadi anti deh Bang, cerita sama orang-orang.. Jadinya mau cerita pas uda beneran kejadian ajah.. Nyeseknya lebih dalem soalnya.. 😛
Mmmm..
Ada jugak sih tipe temen yang gitu di socmed dulu..
Iya, Beb, aku juga males cerita-cerita. Kalau gagal jadinya malu buangetttt….
Salam kenall…. 🙂
Salam kenal juga 🙂
memalukan …. setuju dit, jika memang tidak bisa, ya pamit lah dengan jantan, kalo bisa jalani sampai akhir bukan mundur, hal lainnya jangan suka menjelek2 an sesuatu dan membela diri
dejavu :p
Dejavu? Haha….
Untung aku pendiam, ngak perna masang2 status di socmed #melipirrrrrr #kabur
Ah, masaaa…. 😀
kenapa harus kabur iya padahal kan dia punya mulut untuk berbicara sopan hihi dasar iya kirain bener orangnya aktif x_x