Malam semakin larut, namun kamar tidur yang ditempati pasangan muda itu masih terang. Sang suami tampak sibuk mengetik di meja kerjanya, sementara sang istri asyik membaca majalah di tempat tidur. Sayup-sayup terdengar alunan musik orkestra yang keluar dari radio tape di pojok kamar.
Tidak lama kemudian, si lelaki selesai mengerjakan pekerjaannya. Ia merenggangkan tubuhnya sejenak, lalu melirik ke istrinya.
“Betapa cantiknya,” si lelaki membatin.
Setelah menutup laptop, sang suami pelan-pelan menghampiri ranjang. Ia membelai lembut pipi istrinya. Wangi rambut sang istri membuat dirinya semakin bergairah.
“Mah, mau PPP, dong,” ujar sang suami, tersenyum nakal.
Sang istri melirik sang suami. “PPP?”
“Itu… Pegang Punya Papah.”
Sang istri menutup mulutnya. Pundaknya tampak berguncang menahan tawa. “Ih, si Papah…,” ujarnya dengan wajah merona. “Tapi jangan lupa PDIP, Pah. Pemanasan Dulu Itu Penting.”
“Iyalah, Mah,” sahut sang Suami. “Kan biar nggak NasDem. Punya Papah udah paNas, punya Mamah masih aDem.”
“Habisnya Papah Golkar. Baru disengGol, udah meKar,” sahut sang Istri, gemas.
Sang suami terkekeh pelan. Bibirnya mendekat ke telinga sang istri, lalu berbisik, “Makanya PKPI, dong, Mah. Pas Kepengen, Papah Ingetin.”
“Ssshhh…,” sang istri mendesis pelan. Matanya terpejam, menikmati embusan hangat di sekitar telinganya. “Matiin dulu lampunya, Pah.”
Sang suami melompat turun dari ranjang, lalu menekan saklar lampu. Seketika kamar pun menjadi gelap. Hanya ada sedikit cahaya bulan yang menelusup lewat sela-sela jendela. Harum aroma terapi yang menguar dari pewangi di sisi meja membuat suasana di ruangan itu semakin romantis.
Dengan sigap, sang suami kembali menghampiri istrinya. Napasnya begitu menggebu-gebu.
“PPP…. Pelan-Pelan, Pah,” sang istri berbisik.
“Papah kan Bulan Bintang. Sudah seBulan Bisa Tanggung.”
“Iya, deh…,” kata sang Istri. Ia menatap mata suaminya lekat-lekat. “Mamah juga Gerindra. Gelisah dan Rindu Mendera.”
Dalam hitungan detik, mereka pun segera terlibat pergumulan yang panas.
Beberapa lama kemudian….
“Woowww…,” sang istri berseru girang. “Papah Demokrat, deh! Desakan Papah Membuat Orang sekarat. Pokoknya PKB! Papah Kuat Banget!”
Sang suami hanya tersenyum sambil berusaha mengatur napasnya. Ia tidak berkata apa-apa. Tampak peluh menghiasi wajahnya. Suhu kamar mendadak terasa begitu panas.
Sementara itu, di langit, bulan tampak tersenyum malu-malu.
*) Dikopi dengan perubahan seperlunya dari status Facebook beberapa teman.
hihihi
😀
Astaghfirullah.. *kibas kerudung* *tutup muka* *maluuuu* :p
*tutup muka pake sarung
Ini mesti TPS sudah pindah ke ranjang terdekat… Mari dicoblos #lho?
Hahaha….
Tujubelasples
Sebenarnya duasatuples….
Ck Ck Ck
Ta disangkah tak dinyanah, lucu sih tapi ini humor 21th ke atas, he he he
Iya, Mbak 😀
Hiyaaaaa..da pengen kawin ya Bung???ntar bilangin Mami loh…
Kagaklah mas, ini cuma cerita doang :))
🙂 terhanyut bacanya.. Hahaa. Bagus
Berhubung usiamu sudah 21 plus, jadi aman 😀
Ah ….. jadi gerah 🙂