Pertengahan tahun lalu saya bertemu dengan relasi yang saat ini menjadi kawan baik saya —kita sebut saja Mas Jarwo. Usianya sama dengan saya, tapi posisi kerja dan pendapatannya lebih tinggi daripada saya. Dan yang membuat saya kagum, Mas Jarwo punya banyak keterampilan kerja yang bisa diandalkan. Padahal, dia “cuma” lulusan SMA.
Seperti biasanya, jika saya sudah tertarik dengan kehidupan seseorang, maka saya akan berusaha mengorek informasi darinya. Saya selalu senang mendengarkan kisah hidup orang lain, khususnya yang inspiratif. Ini memang hobi saya.
Kalau seseorang itu sudah terpancing dan mau menceritakan kisah hidupnya, maka saya sanggup mendengarkannya selama berjam-jam.
Jadi setelah lulus SMA, sebenarnya Mas Jarwo ingin kuliah. Ia bahkan sudah diterima di salah satu universitas negeri terkenal di Yogyakarta. Namun, ia tidak punya biaya sehingga harus memupuskan keinginannya itu. Ia memilih untuk langsung bekerja, demi membantu kehidupan keluarganya. Ketika itu ia mencari pekerjaan apa saja, yang penting halal.
Tak disangka, pekerjaan yang Mas Jarwo dapat sangat menekan. Padahal gajinya tidak terlalu besar. Namun ia tetap bertahan karena jenjang karier di tempat kerjanya jelas.
Ia jalani saja fase hidupnya itu tanpa terlalu memikirkan tekanan-tekanan yang ada. Stres memang sering menyerangnya, tapi ia selalu punya cara untuk mengelola stres itu sehingga bisa tetap produktif.
Tanpa terasa, kini ia sudah menjalani pekerjaannya itu selama 6 tahun.
Sekarang ia sadar bahwa tekanan-tekanan yang ia terima dulu ternyata membuatnya semakin maju. Ia jadi tahu banyak hal. Dan ia jadi punya banyak keterampilan kerja yang tidak banyak dimiliki oleh orang lain di bidang yang sama. Intinya, ia semakin terlatih.
Makanya kini ia diincar oleh banyak perusahaan. Selain karena usianya masih muda, kemampuan kerjanya pun sangat mumpuni.
——————-
Begitulah. Kita tahu, sebuah tekanan memang sering kali ada sisi positifnya. Misalnya, pekerjaan yang menumpuk dan deadline yang ketat sebenarnya malah membuat kita makin produktif.
Tanpa deadline, bisa jadi pada akhirnya kita tidak menghasilkan apa-apa. Nanti ketika ajal menjemput, baru kita menyesal, kenapa dulu kita tidak produktif dan tidak memanfaatkan waktu hidup dengan sebaik-baiknya.
Kata orang, tekanan yang tidak membuat kita mati akan membuat kita semakin kuat. Kalau begitu tinggal pintar-pintarnya kita saja mengatur diri agar tekanan yang kita terima jangan sampai membunuh kita. Dan tentu saja jangan sampai membuat kita gila.
Intinya jangan cepat putus asa ya 🙂 . Jangan baru dapat kesulitan di tempat kerja baru, lalu berpikir cari kerjaan baru lagi, loncat2 alias pindah-pindah kerjaan melulu 😀 .
Iya, Mbak 🙂
setuju dengan harus pintar mengelola ‘tekanan’
jangan pikin stres tapi semangat memanfaatkan waktu yang ada,
siap dengan kemungkinan di depan mata.
Sip!
Tiap pekerjaan pasti banyak tekanannya mas.. bahkan pengaguran aja juga banyak tekanannya.. Tinggal kita bgaimana menghadapinya
Betul sekali, Mas!
Dalam keadaan tertekan ia mampu melewatinya yah. semangat dan etos kerjanya tinggi sekali, mas. perjuangan melawan tekanan telah membuahkan hasil, berkat kerja keras dan kesabarannya. patut diteladani 🙂
Iya, Mas. Saya meneladani sikap positifnya itu, hehe…
Tekanan kerja mampu membuat kita lebih baik ya..
Yupz
tekanan memang membuat orang berkembang ya..kalau mampu bertahan
jujur sih..kalau terlalu nyaman memang sulit untuk berkembang *bukan curcol*
Curcol juga nggak apa-apa kok Mas Anno 😀
Dan postingan ini sangat menginspirasi ^^
Wah, tengkyu, Bro!
semakin ditekan semakin menawan…..
🙂
Uyeaaah!
nice bro ceritanya, semoga saya juga bisa berjuang seperti dia
Jaman skrg banyak yg mental tempe sih. Baru kena dikit aja lgsg resign…hhaah
Iya tuh, hehe….