Di sekolah, selalu ada orang pintar yang menjadi andalan teman-temannya dalam mendapatkan jawaban secara instan saat ujian. Si pintar ini sebenarnya tidak mau membagi jawaban, sebab hal itu tidak sesuai dengan hati nuraninya. Ia sudah belajar keras, jadi memberinya begitu saja kepada teman-temannya yang malas merupakan hal yang konyol.
Ia memegang teguh prinsip ini: βkalau mau enak, usaha dulu.β
Tapi, pada akhirnya si pintar terpaksa melawan hati nuraninya. Bagaimanapun ia tidak mau dijauhi atau menjadi public enemy. Ia masih membutuhkan teman.
Malang benar nasibnya. Melawan hati nurani merupakan hal yang pahit, dan ia terpaksa melakukannya.
Kita tahu, kemalangan si pintar tidak berhenti sampai di situ. Pada saat pengumuman ujian, si pintar berhasil mendapatkan nilai yang cukup bagus. Tapi, rupanya nilai teman-temannya yang menyontek jawabannya lebih bagus darinya.
Kasihan si pintar ini. Padahal dia orang baik.
Orang baik adalah orang yang tidak sampai hati melihat ketidakadilan di sekitarnya. Hatinya terguncang setiap kali melihat ketidakadilan tersebut. Dia sangat ingin mengubahnya, namun semua hal buruk itu terjadi di luar kuasanya. Hatinya gelisah, dan ia tertekan.
Kasihan….
Bagaimanapun, si orang baik ingin hidup dengan tenang, dan ini adalah haknya. Karena itulah pada akhirnya ia memilih untuk menutup mata terhadap kejadian-kejadian yang tidak sesuai hati nuraninya. Semakin tidak tahu, semakin baik. Semakin tidak terlibat, semakin bagus.
Di sini, si orang baik mulai merasa tenang dan damai.
Namun, pilihannya itu rupanya segera mendatangkan cercaan dari teman-temannya. Mereka yang mencercanya percaya, dunia ini semakin rusak bukan karena banyaknya orang jahat, melainkan karena orang baik memilih diam.
Kasihan sekali si orang baik ini. Dia tidak melakukan kejahatan, berusaha tertib, hanya ingin tenang, namun masih disalahkan. Bagaimana dengan orang-orang jahat? Entahlah, tapi yang jelas katanya kekacauan yang terjadi di dunia ini bukan karena mereka.
Di luar itu semua, ada lagi orang yang jauh lebih malang. Ia adalah orang baik yang ingin mengubah ketidakadilan, namun tidak berdaya karena teman-temannya sesama orang baik memilih diam dan membiarkannya sendirian.
Omong-omong, ini bukan cerita tentang saya. Sebab saya bukan orang baik.
resiko jadi orang baik ya dit?
Haha… iya π
“Melawan hati nurani bukanlah hal yang pahit”, maksudnya gmn nih?? bukannya melawan hati nurani adalah hal yang pahit…itu menurutku…hmpp
Oh iya! Salah, Mbak, hehe… Terima kasih banyak atas koreksinya π
Susah jd orang baik. Saya jg bukan org baik. gagal
Tetap semangat, Mbak!
hidup itu pilihan menurut saya, jadi baik atau buruk, lebih baik saya dimusuhi oleh banyak orang karena berbuat baik, atau pilihan lainnya adalah saya membantu mengajari disaat tidak ujian π
Aha, pilihan!
Dulu waktu masih sekolah aku tidak pernah menganggap soal contek-menyontek ini adalah masalah serius. Kupikir yang penting dapat nilai bagus. Daripada malu? Dan juga menurutku dulu di sekolah contek-menyontek itu adalah hal yang lumrah. Guru-guru juga cuma bisa marah kalau muridnya ketahuan nyontek. Tapi, gak diajarkan atau ditanami nilai-nilai moral “nyontek itu gak bener, berbahaya, jelek, dsb”. Jadinya yah, kalau ketahuan paling dimarahi, nilai dikurangi, kertas ujian diambil, kemudian dilupakan. Menurutku menanamkan nilai itu juga penting sih ketimbang hanya bersikap reaktif. Duh, aku sotoy banget. Dan ini aku tipikal manusia banget sih selalu mencari kambing hitam. π
Kimi…. kamu joss!!
berarti orang baik harus saling berpegangan tangan,
biar kuat *garuk2 kepala, aku juga belum jadi orang baik.
Ayo jadi orang baik, Mbak π
Serba salah, gak memberi contekan dibilang pelit, dijauhkan. tapi yang lain malah gak mau berusaha, kalau terus disuap dengan contekan. jadi ketergantungan. paling gak mengenakkan gitu, kalau hasil yang didapat si penyontek lebih bagus dari yang mencontekkan. sering ternyadi, hhehe.
Pengalaman pribadi ya sob, hehe….
Tapi orang baik biasanya selalu beruntung, meskipun disalahkan tapi ada saja jalan menuju keberuntungan nya.
Ada temen ku baik + tulus, selalu aja nemu untung. Berkali2 telat masuk kantor tapi selalu saja ngak perna dapat SP karna mesin absen suka error saat dia telat. Eh giliran temen gw yg rada culas, telat masuk kantor langsung ketauan dan kena SP hahaha
Hahahaha….. syukurlah kalau memang si orang baik bisa beruntung… Soalnya ada juga yg suka kena sial, hehe….
Ahhh.. Jaman SMA tuhh.. Temen2 taunya nyalin peer masa’.. Makanya paling seneng kalo ujian lisan.. hahaha π
Cocok, hahaha…
wah jadi curiga nih sama mas ditter, soalnya buka orang baik hehehe π
waspada nih haha π
Nggak usah takut, Dek. Sini sama Oom… hahaha….
intinya orang baik akan mendapatkan yang baik-baik juga gan π
Mudah-mudahan, Gan π
Waduhhh,.. dulu saya nyonteknya nggak maksa gitu kok *ngeles π
Ahaha….
π³
kalau sudah jadi budaya, kadang kita tidak sadar mana yang baik, mana yang buruk … π¦ … sebagian besar dari kita mungkin sudah lupa yah …
Iya… π¦
Saya ngerasain sih, tapi lama kelamaan jadi biasa aja. Malah skrg udah lulus kalau ada masalah sering dibantuin sama temen2 yg dulu saya bantuin pas ulangan.
Wiiih, mantap π
Temen yang minta jawaban seenaknya itu merupakan salah satu contoh tindakan yang kejam (ya, kejam). Udah capek-capek nyari jawaban (apalagi pelajaran Bahasa Indonesia yang teksnya panjang), eh diminta gitu aja. Gue juga bukan orang baik. Nggak mau ngasih jadinya.
Tos, Vin!