Beberapa hari yang lalu saya janjian dengan Bene Dion —komika finalis Stand Up Comedy Indonesia (SUCI) session 3— di sebuah kafe sederhana yang juga merangkap sebagai toko buku.
Kami berbincang dengan seru di sana, membicarakan dunia buku. Kebetulan Bang Bene sedang menulis buku, dan mudah-mudahan bisa terbit dalam waktu dekat ini.
Rupanya Bang Bene sering main ke kafe itu, baik untuk open mic, kumpul-kumpul dengan komunitas stand up, dan juga menulis. Katanya beberapa kali ia mengerjakan skripsi di situ. Katanya bisa lebih fokus daripada mengerjakannya di kamar kosnya.
Beberapa penulis yang saya follow twitternya juga pernah berkicau bahwa mereka sering menulis di kafe-kafe. Saya sempat bertanya-tanya sendiri, kenapa nggak di kamar saja, ya?
Setiap orang punya alasan masing-masing. Tapi ada satu benang merah yang menyatukannya, yakni perihal suasana.
Kita semua tentu sepakat bahwa kamar tidur merupakan tempat yang nyaman untuk beristirahat. Tapi, kamar yang nyaman itu bagi beberapa orang ternyata kurang pas bila digunakan untuk bekerja. Sebabnya adalah suasana.
Mungkin suasana di kamar bikin malas-malasan, bikin ngantuk, dan sebagainya.
Memang ada tipe orang yang membutuhkan suasana baru untuk memacu kreativitas dan produktivitas dalam bekerja, termasuk menulis. Dalam hal ini, kamar (tidur) bukan tempat yang cocok bagi mereka.
Saya sendiri mengondisikan kamar kos saya sebagai ruang kerja juga, nggak hanya digunakan untuk beristirahat. Godaannya memang besar sih. Rasanya saya jadi gampang ngantuk.
Sudah nggak terhitung saya kalah oleh godaan itu, meninggalkan kerjaan di laptop, lalu lelap dibuai kenyamanan kasur.
Tadinya saya sempat kepikiran untuk bekerja di kafe saja, kayak para penulis selebtwit itu. Tapi, saya nggak mau ketergantungan sama kafe. Lagi pula “biaya operasional” mengerjakan kerjaan di kafe masih terlalu besar dibanding hasil kerja yang saya peroleh.
Yah, sejauh ini kamar kos saya masih bisa diandalkan sebagai tempat untuk bekerja, di samping juga sebagai tempat untuk beristirahat dan bersantai-santai, hehe….
Aku juga lebih senang nulis di kamar kos (dulu) dan ruang kerja Papa (sekarang) sih ketimbang di kafe-kafe. Karena ya benar kata kamu. Biaya operasionalnya gede kalau mau nulis di kafe mah. Kecuali sudah suntuk banget di rumah, baru cari suasana baru di luar.
Nah! Kalau di kamar atau di rumah kan bisa bikin kopi, susu, cokelat atau minuman lainnya sendiri, “gratis”. Lebih hemat, hehe….
Untung saja dalam kamar kos saya ada sekatnya, jadi dipisah antara ruang tidur dan ruang kerja~ 🙂
Waaaah…. kamarku nggak cocok kalau dibuat begitu, soalnya terlalu kecil, hehe….
antara kamar dan kafe, kafe kan enak kalo ada wifi gratis 😀 beda kalo di kamar bikin ngantuk 😀
Tapi kalau di kafe harus beli minuman atau makanan yg harganya mahal, hehe…. 😀
kalau saya tergantung suasananya mas. gak melulu harus di kamar ato di tempat lain. klo lagi mood kadang inspirasi bisa datang begitu saja walau tempatnya lg gak nyaman,hehehe. ya saya kan bukan penulis 😀
Benar juga ya, Mbak, hehe….
Kalau buat nulis blog, masih nggak apa-apa… Tapi kalau lagi nulis buku atau apa gitu, aku lebih sreg di kamar atau rumah sendiri… Hahahaha.. Lebih nyaman di sana.
Kamar sendiri memang lebih nyaman… 😀
kafe bisa jadi tempat isnpirasi buat sebuah ide.
kenyamanan emang menentukan mood.
Begitulah… 🙂
Selama ini saya nulis dan kerja di kamar, hehehe.. sebenarnya saya nyaman2 aja sih kerja seharian di kamar, cuma karena “kantor” saya di kamar dikira nganggur… ya sudahlah, yang penting terus berkarya 🙂
Wiiih… dulu saya sempat punya impian gitu, bekerja (dan berkarya) di rumah saja. Nggak kena macet, dsb. Tapi belum bisa nih, masih harus ngantor dulu, hehe….
sesekali bolehlah ganti suasana..:D
tapi, tetap saya lebih suka di kamar. kalau ngantuk tinggal tidur..hehe
Waduh, nanti jadinya malah tidur terus, hahaha….
Wahhhh bang Bene… Batak kali nya dia itu :p
Ehh.. Sama, aq juga lebih konsen ngerjain sesuatu kalo ga dikamar. Dikamar godaan nya gede ut tidur..haha
Wah, tos dulu kita, hahaha….