Setiap kali melewati jalan-jalan di sekitar kampus, saya bisa dengan mudah menemukan iklan jasa bantuan olah data serta pembuatan skripsi dan tesis. Memang sih iklan itu menyebutnya jasa “bantuan”. Namun, sudah menjadi rahasia umum bahwa jasa tersebut sebenarnya menjual layanan mengerjakan skripsi atau tesis.
Mereka yang memakai jasa itu jelas orang-orang yang cuma ingin enaknya saja: lulus kuliah dan menyandang gelar, tapi tidak mau melewati prosedur yang sudah ditentukan.
Mereka mungkin berpikir bahwa sebuah gelar dapat membuatnya dihormati oleh masyarakat. Namun, kenyataan membuktikan, seseorang dihormati sesungguhnya bukan karena gelarnya, melainkan karena karya-karyanya.
Kita bisa melihat hal ini pada juri-juri dalam lomba apa pun, misalnya olimpiade matematika, lomba bahasa, lomba ekonomi, dan sebagainya. Mereka –para juri ini– adalah orang-orang yang sangat dihormati, sebab mereka merupakan pakar di bidangnya. Disebut pakar karena telah banyak membuahkan karya.
Kita tahu bahwa seseorang yang tidak punya gelar pun bisa menjadi juri, asalkan ia paham betul dengan bidang tersebut. Sebaliknya, seseorang tidak layak menjadi juri jika ia tidak menguasi bidang itu, meskipun ia menyandang gelar yang panjang pada bidang yang sama.
Jadi, sungguh keliru jika mereka tergila-gila dengan gelar.
Pada masa-masa menjelang pemilu legislatif seperti sekarang ini, para caleg sudah mulai mengampanyekan diri. Jalan-jalan mulai dipenuhi poster, baliho, serta mobil-mobil kampanye yang memuat foto mereka. Oh iya, lengkap juga dengan gelar-gelarnya.
Tapi, kita tahu bahwa kita tidak perlu melihat gelar-gelar mereka. Sebab, gelar bisa dibeli sehingga tidak terlalu membuktikan kepakaran mereka.
Kita hanya perlu mencari tahu apa saja yang telah mereka perbuat –atau karya apa saja yang telah mereka hasilkan untuk kesejahteraan masyarakat banyak.
Mencari tahu hal tersebut memang bukan perkara yang gampang. Tapi, itulah yang selayaknya dilakukan oleh warga negara yang peduli dengan nasib bangsa ini.
Saat ini Indonesia membutuhkan para wakil rakyat yang cerdas, bisa diandalkan, bisa bekerja, berkarya nyata, tidak hanya pandai bicara, serta mau berjuang untuk kepentingan masyarakat.
Jadi, mari lihat karyanya, bukan gelarnya 🙂
Setuju banget sama judulnya mas hehe
Tos dulu kalau gitu kita mas, hehe…
Kunjungan perdana gan artikelnya mantap sekali
Terima kasih atas kunjungannya 🙂
sama dengan beli buku, nilainya isinya bukan penulisnya.
sama dengan film nilainya tontonannya bukan siapa pemerannya.
yg utama adalah isi.
😀
Yap, setujuuu!
nahh bener gan liat karyanya
*Toss!
Betul sekali.. gelar belum tentu mencerminkan keahlian orangnya..
Begitulah 😀
Betul. Kata orang “apalah arti gelar tanpa memiliki karya satupun”~ 🙂
Sipppp….
kadang2 gelar bisa dibayar ya…
salam
Bisa banget….
Salam balik, Mas 🙂
mungkin cara itu pernah dilakukan oleh beberapa pejabat di indonesia ini haha
Kayaknya sih begitu mas, hahaha….
“Namun, kenyataan membuktikan, seseorang dihormati sesungguhnya bukan karena gelarnya, melainkan karena karya-karyanya.” Walau skripsi mereka hasil orderan, itu tetap sebuah karya-walau tak orisinil amatlah.
Iya, karya milik si penggarap order, bukan milik yg ngorder, hehe….
Haha..nah, itu baru bener. Tapi, itu bagian dari usaha juga..:)
Super setuju, Dit 😀 Mulai eneq skrg dijalanan, banyak tampang2 so care..haha
Iya, tiba-tiba aja mereka jadi begitu perhatian, haha….
Temen gw yg pinter nya minta ampun, sekarang cuman dagang dirumahnya. Eh yg badung nya amit2 malah sukses jadi manager di perusahaan besar.
Inti nya adalah pergaulan itu penting banget dan praktek di masyarakat
Iya, Mas. Kenyataan berbicara demikian ya, hehe….
Biasanya para caleg ini yang suka pamer gelar ya mas hehehe
Tapi sekarang masyarakat udah pada pinter. NGgak mau milih yang nggak bisa apaapa. Kita perlu melihat track record nya dan juga karya nya pastinya ya 🙂
Iya betul, masyarakat tambah pintar, dan semoga yg pintar ini semakin banyak jumlahnya 🙂
Setuju bangeeet. Lihat karyanya, kemampuannya, bukan gelarnya.
Toss dulu kita, Ustadz 😀
Jadi inget waktu kuliah dulu di universitas negeri, untuk mendapatkan bahan skripsi, sampai hujan2an menuju sbuah perpustakaan, ubek2 dari pagi dpat bahan sore, prjuangan banget lah.
Nah pas kemarin2 ada temen yg cerita kalo istrinya yg lagi kuliah ditawarin pembuatan skripsi dengan harga sekian juta rupiah dan yg menawarkan justru sang dosen.
Kalo saya termasuk malu jika namanya gelar dipake di nama surat atau undangan, krna tidak berprofesi sebagaimana mestinya, malah memilih dunia fotografi dan desain digital.
Soal gelar dan pemilu,
Saya jadi ingat sewaktu pilgub jabar kemarin thn 2013, saat rekapan suara dikecamatan. Dari sekian pasang calon pasangan gubernur. Dan mungkin banyak orang tidak menyadarinya yg justru membuat saya terkaget2.
Tertulis di kertas rekapan resmi KPU tersebut,satu-satunya pasangan calon gubernur yang namanya tdk menggunakan nama gelar adalah AHER-DEMIZ.
Salam kenal, maaf komentnya kepanjangan 🙂
Salam kenal juga, Mas! Wah kacau banget itu kalau dosen malah menawarkan jasa pembuatan skripsi…. Ckckck…
Sebuah bentuk yang dilihat tidak menentukan siapa dan apa itu.
Tapi, isinyalah yang lebih penting.
Jangan men-judge sesuatu hanya dengan melihat, tapi merasakannya pula.
Jadi, lihatlah karya mereka!!
Semangaaaat!! :))
sama dengan film nilainya tontonannya bukan siapa pemerannya.
yg utama adalah isi. 😀
Iyaaaa 😀
Setuju. Orang biasanya meremehkan karya orang yang belum siapa siapa
Nah lhooooo….
Komentar di atasku (Mas Jarwadi) menohok banget… Itu pernah alami beberapa kali.. -_-
Anyway, maaf OOT, bicara soal jasa skripsi itu, jadi ingat dulu pernah ada kesalahpahaman sama teman. Maksudku itu edit penulisan skripsi (cuma ngedit struktur dan penulisan), bukan ngebikin skripsi total.. Hahaha
Pernah diremehkan gara-gara dianggap penulis pemula ya, Mas? Mungkin dia nggak tahu yg namanya proses, hehe….
Lah, bisa-bisanya sampai salah paham gitu, hahaha….
Karya dan skill sebenernya lebih penting dr sekedar gelar dan ijazah, tp itulah indonesia yg dilihat cuma gelar sm ijazah, gak mau agak capek dikit buat ngetes yg beneran punya skill sm yg enggak
Nah!
Sepakat mas, jangan lihat gelar, tapi lihat hasil karyanya.. dulu lagi sibuk nyari beasiswa.. bukan untuk gelar, tapi untuk bisa hidup di negeri orang.. karena ada ada sedikit prasyarat yg tidak bisa saya penuhi, maka saya bisanya beasiswa dalam negeri.. tapi ga apa lah, sekalian upgrade mindset, dan gelar pun bisa jadi sedikit alat penunjang di karir kedepannya 😀
Mantep banget, Mas! Terima kasih sudah berbagi cerita di sini 😀