Aku adalah noda untuk dosa yang tak kulakukan. Aku mencoba bertahan, berusaha mengerti; mungkin ada bagian dari dirimu yang tak bisa kuraih. Namun, yang tak kunjung kupahami, mengapa ada persahabatan yang menyakiti?
Katrissa Satin adalah siswi kelas XI di Eglantine High School. Di sekolah itu -mungkin juga kebanyakan sekolah lainnya-, ada pembagian kelompok sosial, yakni itik dan angsa.
Awalnya Katrissa merupakan itik buruk rupa yang tersisihkan dan hampir tidak punya teman. Namun sejak bergabung dengan kelompok Aura dan Milani -dua gadis populer di sekolah tersebut-, Katrissa pun naik derajatnya menjadi angsa.
Aura adalah siswi yang sangat dihormati dan disegani oleh teman-temannya karena kecantikannya. Sementara Milani merupakan salah satu siswi terkaya di sekolahnya. Tidak heran bila Katrissa ikut populer setelah bergabung dengan clique mereka -untuk tidak menyebutnya geng-. Apalagi Katrissa turut mengubah penampilannya sehingga kecantikannya jadi lebih kentara.
Katrissa sempat merasa heran kenapa Aura mau mengajaknya bergabung dengan clique-nya. Padahal, ada banyak sekali siswi lainnya yang ingin sekali menjadi anggota kelompok Aura dan Milani, sementara Katrissa tidak pernah memintanya. Namun, Katrissa tidak mau ambil pusing. Ia sudah cukup senang karena akhirnya ia bisa menjadi gadis yang populer.
Pada kenyataannya Aura memang punya alasan tersendiri. Dan Katrissa baru mengetahuinya di akhir cerita.
Bersahabat dengan Aura dan Milani ternyata tidak semudah yang dibayangkan oleh Katrissa. Berkali-kali ia harus mengabaikan hati nuraninya demi mengikuti cara bergaul dua gadis angsa itu. Namun, pada akhirnya ia berontak, dan kemudian terlibat konflik yang cukup pelik.
Novel ini mengangkat tema bullying di sekolah. Penulisnya berhasil membangun setting dengan cukup baik. Deskripsi tempat dan adegan-adegannya begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari sehingga saya bisa membayangkannya dengan mudah.
Menarik sekali membaca kisah Katrissa dalam menghadapi berbagai persoalan khas remaja, seperti problem asmara, persahabatan, pencarian identitas diri, dan sebagainya.
Saya ikut larut dalam suasana. Beberapa kali jantung saya berdebar-debar saat membaca adegan yang menegangkan. Apa yang sedang dialami dan dilakukan oleh para tokoh terbayang dengan jelas di benak saya. Cara bertutur si penulis berhasil memainkan emosi saya, dan mungkin juga pembaca lainnya.
Bullying itu pahit. Tidak hanya bagi korban, tapi juga bagi teman-teman atau orang dekat si korban. Dan novel ini menunjukkan kenyataan itu.
****
Judul: Unfriend You
Penulis: Dyah Rinni
Tebal: viii + 278 halaman
Ukuran: 13 x 19 cm
Tahun: 2013
Penerbit: Gagas Media
Lihat judul novelnya kupikir tadi isinya mengenai sosial hehe 😀 ,
Masalah sosial di sekolah mbak, hehe…. 😀
Bagus nih temanya mengingat akhir2 ini kampanye anti bully lagi giat2 nya 😀