Beberapa bulan yang lalu saya dikejutkan oleh kabar tentang teman saya memutuskan untuk resign dari pekerjaannya. Padahal, ia punya keluarga yang harus diberi nafkah, yakni istri dan satu anaknya.
Katanya sih dia sudah lama ingin berhenti kerja, sebab ingin menjadi pengusaha. Dia sudah nggak betah menjadi pekerja.
Ketika itu saya cukup mendukung keputusannya, sebab sepertinya profesi pengusaha memang sudah menjadi impiannya. Tapi, saya nggak menyangka bahwa ternyata dia terlalu terburu-buru. Rupanya dia belum menyiapkan bekal yang cukup untuk hidup selama beberapa bulan ke depan pasca-resign. Mungkin dia berpikir bisa mengandalkan hasil bisnisnya untuk bertahan hidup.
Sayangnya, rencana itu terlalu riskan. Namanya saja masa awal bisnis, biasanya kurang terlalu menghasilkan. Padahal, ada keluarga yang harus diberi makan. Di sisi lain, untuk membangun bisnis yang benar-benar berjalan dan mendatangkan profit, biasanya membutuhkan proses yang panjang.
Karena keuntungan terlalu tipis, akhirnya uang modal lama-lama terkikis karena digunakan untuk membiayai kebutuhan hidup. Kalau sudah begini, sudah bisa dipastikan usaha yang sedang dirintis akan tersendat-sendat dan sulit berkembang.
Kabar terakhir yang saya dengar, teman saya itu sekarang kembali menjadi karyawan. Untuk saat ini, mungkin itulah jalan yang terbaik untuknya.
Kisah ini memberi pelajaran penting bagi saya. Kalau ingin mengambil sebuah keputusan besar, sebaiknya kita menyiapkannya terlebih dahulu untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan terburuk.
Kemudian impian untuk menjadi pengusaha sebaiknya jangan hanya dilatarbelakangi oleh keinginan untuk hidup enak saja. Sebab, pada kenyataannya jadi pengusaha nggak selamanya enak. Dalam hal-hal tertentu, malah lebih enak jadi karyawan.
Pengusaha mungkin memang nggak terikat jam kerja, tapi pikirannya selalu dibebani oleh masalah-masalah pelik, misalnya utang usaha atau kondisi keuangan perusahaan yang defisit, atau masalah lain.
Yah, masing-masing ada kelebihan dan kekurangannya. Tinggal kita sendiri mau pilih yang mana yang lebih cocok dengan kondisi dan kepribadian kita.
Begitu kan, ya?
Kayaknya dia angot2an deh… Gak bener2 mau jadi pengusaha. Kalau beneran, dia pasti gigih dan cari cara gimana bisa sukses…
suami saya juga mau jadi pengusaha,tapi ngumpulin modal dulu dari hasil kerja sebagai karyawan,hehehe
untungnya temannya itu cepat dapat pekerjaan lagi ya mas,coba kalau ga.. kasian anak istrinya..
Pilih dengan hati… bismillah… π
Dalam artian kata sebelum memutus sesuatu kita harus berpikir masak-masak ya?
perencanaan itu perlu sebelum memutuskan, dan itu harus di pertimbagakan dengan seksama. wah mantap artikelnya
Jadi pengusaha memang tidak mudah. Harus punya modal, skill, dan juga motivasi yang tinggi. Kalau hanya bermodalkan keinginan saja ya sulit untuk bisa memperoleh kesuksesan. Tapi sebenarnya kesuksesan itu pasti diawali yang namanya proses panjang dan juga kegagalan. Tapi semua itu kita kembalikan lagi pada individu masing-masing, karena pekerjaan itu adalah sebuah pilihan. Kira-kira begitu dech. Bener nggak ya? hehe π
Nah… sependapat sekali dengan apa yang disampaikan mbak Ririn π
Oh iya, salam kenal untuk admin BlogDitter π
Tapi salut juga buat temennya, udah berani mencoba.
tapi telah berani mencoba itu termasuk langkah yang baik. aku salut, walau gagal itu urusan belakangan.
MENJADI pengusaha ~ menciptakan lapangan kerja ~ cita-cita yg luar biasa.
Saya sendiri gak mau jadi karyawan seumur hidup π¦
Maunya menciptakan lapangan kerja
Kalo pendapat gw pribadi yaaa, kalo kebanyakan persiapan malah ngak jalan2. Inti nya niat tekad dan nekat. Kalo banyak mempertimbangkan malah ngak maju2 + ngak melangkah.
Disaat keputusan dah di ambil maka harus kerja keras mewujudkan impian, trus semangat dan minta Allah ikut campur segala urusan (Berdoa). Insya Allah selalu ada jalan, tapi kalo dia kembali lagi menjadi karyawan yaa mungkin jiwa nya bukan pengusaha #Kaburrrr hahaha
itu emang bener, mental orang itu emang diciptakan beda oleh Allah, ada yang mental pohon beringin, ada yg mental pohon lombok, hehe, jd ya jatah rezekinya beda2. Tapi yg mau ngetes rezekinya juga bisa, contohnya orang tadi..dia mau nyoba jagi pengusaha tp trnyata mentalnya tidak kuat dan kembali jadi karyawan. Nothing to lose..memang itulah jatah rezekinya, menjadi karyawan, tp setidaknya kan dia jadi tau “di mana dia harus memfokuskan hidupnya”..skedar menganalisis aja sih…btw…tak kasih dua jempol buat penulis blognya π
emang bener sih ya, kalau mau jadi pengusaha jangan cuma mikirin enak pas sukses nya aja. proses menuju enak nya itu kan bener-bener panjang.. Yang penting dia udah coba, dan siapa tahu nanti mau nyoba lagi, sementara sekarang harus memenuhi kebutuhan sehari-hari buat anak istri.. ikut mendoakan yang terbaik aja buat temennya Mas ya π
Yepp..
kalo mau aman, memang seharusnya dipersiapkan dulu matang2 sebelum resign.
kalo udah kayak skrg kan kasian.
buang2 duit, buang2 waktu, belum lagi beban pikiran setelahnya..
ckck
Kalo menurut ane , sebaiknya waktu kita menjadi karyawan sedikit meluangkan waktu untuk mencoba bisnis kecil2an. Macam buka warung kopi , atau apalah.
Nanti kalau sudah jalan dan misal banyak cabang , baru deh resign.
Ngemeng- ngemeng nih ane juga lagi mau bikin usaha. Mohon doanya ya.
Terima kasih.
Salam
Menjaadi pengusaha memang menjadi impian setiap orang.
Saya salah satunya, saya tidak tahu apakah dengan menjadi karyawan saya bisa memenuhi mimpi-mimpi saya. Untuk saat ini sih saya yakin bisa, akan tetapi menuju ke sana (pengusaha) saya masih memperisapkan diri tak berani terburu-buru paling gak menjadi sambilan sehingga tak berharap dari satu sumber.
Salam dari Bali π
persiapan dan niatnya kurang matang mungkin yaa,,
saya juga pengen resign dari tempat kerja sekarang tapi merasa belum mampu
karna masih nabung buat persiapan bikin usaha sendri,,segalanya perlu persiapan dan rencana
senggak nya dia pernah nyoba ya sob, jadi gak terlalu penasaran
wah kalau saya jelas tidak cocok jadi pengusaha. sepertinya memang lebih ke karyawan saja deh
emm kan bisa jadi karyaan sambil jd pengusaha..
jd tetep kerja usaha tetep jalan, yang menjalankan bisa siapa aja,sodara ato rekannya π
Berani bener ya ngambil resiko yang segitu besarnya, keluar jadi karyawan tanpa modal dan persiapan yang cukup untuk membangun sebuah usaha. alangkah lebih bijaknya bila dia tetap bekerja disamping itu mengembangkan usahanya. nanti jika sudah berkembang dan membutuhkan prioritas utama baru dah keluar jadi karyawan dan menjadi pengusaha sepenuhnya…
itu emang bener, mental orang itu emang diciptakan beda oleh Allah, ada yang mental pohon beringin, ada yg mental pohon lombok, hehe, jd ya jatah rezekinya beda2. Tapi yg mau ngetes rezekinya juga bisa, contohnya orang tadi..dia mau nyoba jagi pengusaha tp trnyata mentalnya tidak kuat dan kembali jadi karyawan. Nothing to lose..memang itulah jatah rezekinya, menjadi karyawan, tp setidaknya kan dia jadi tau βdi mana dia harus memfokuskan hidupnyaβ..skedar menganalisis aja sihβ¦btwβ¦tak kasih dua jempol buat penulis blognya π