Saat sedang berhenti di lampu merah, saya sering kali mengamati keadaan sekitar, mulai dari kendaraan lain yang ikut berhenti, pedagang koran, pengamen, hingga spanduk promosi yang terpajang di berbagai sudut jalan. Nah, beberapa hari yang lalu, saya sempat mengamati sebuah spanduk minimarket, tentang promosi dua produk susu yang dijual dengan harga miring di tempatnya.
Sebenarnya saya sudah sering menemukan spanduk semacam itu. Tapi, baru saat itu saya kepikiran sesuatu. Biaya sewa pasang spanduk di perempatan seperti itu kan mahal, tapi kenapa yang dipromosikan hanya dua produk saja, ya?
Padahal, meski produk itu dijual murah, tapi harganya nggak beda jauh dibanding harga pasar, paling-paling selisih 500-1000 rupiah. Lalu, apa yang diharapkan dari promosi seperti itu? Apa ada orang yang setelah melihat iklan itu, lalu datang ke minimarket tersebut untuk memborong dua produk yang dipromosikan itu? Kalaupun ada pembeli yang memborong, apa nanti keuntungannya bisa menutupi biaya sewa iklan?
Saya waktu berpikir polos aja. Pihak yang memasang iklan di tempat umum kan biasanya mempromosikan sebuah kegiatan atau produk yang nilainya besar. Jadi, iklannya bisa mendatangkan keuntungan yang tinggi karena tingkat penjualan produk yang mahal itu melonjak. Tapi, kalau yang dipromosikan hanya dua atau tiga produk yang harganya murah, apa bisa demikian?
Ternyata, ada yang luput dari pikiran saya saat itu. Ya, meskipun hanya menampilkan dua produk di spanduk, tapi sesungguhnya yang mereka promosikan bukan hanya itu, melainkan nama minimarketnya. Mereka ingin menunjukkan bahwa minimarket yang mereka kelola, konsisten menjual produk dengan harga miring. Kayaknya sih itulah tujuan sebenarnya, yakni membangun citra. Mungkin bagian dari program pemasaran jangka panjang.
Di samping itu, kalau misalnya ada orang yang datang ke minimarket untuk membeli produk yang dipromosikan, itu berarti pihak minimarket berhasil mendatangkan konsumen ke tempat mereka. Tentu konsumen itu mau tidak mau akan melihat produk lainnya yang sudah terpajang dengan rapi di minimarket. Bukan hal yang mustahil bila kemudian konsumen itu membeli produk lainnya hingga akhirnya jumlah pembelian menjadi besar.
Tampaknya iklan sederhana pada spanduk kecil yang sempat saya remehkan itu justru merupakan “pintu” dari serangkaian strategi pemasaran minimarket yang kiranya cukup ampuh untuk meningkatkan penjualan 🙂
Sering banget aku dateng ke minimarket hanya untuk beli kripik, ujung-ujungnya malah keluar dari sana dengan menenteng sampo, odol, es krim, dan bahkan kopi.
Aku yakin konsumen macam aku gini pasti banyak, jadi itu yang dituju oleh spanduk yang Adit lihat itu.
yang ditunggu kan efek dominonya
kalo keramean content tar malah orang jadi ga fokus dan menganggap ribet males bacanya
persislah kaya blog yang keramean tempelan
bikin ga fokus baca karena jadi larak lirik kesana kemari
Iya, kadang bikin bete juga, memperburuk pemandangan saja,,
itulah salah satu trik promosi bisnis dari waralaba yg bersangkutan 🙂
hmm, iya bener.. sepakat dengan om bens, dit.. ada #modus tersembunyi dari produk yang terpajang manis di spanduk.. hahahhaa, bahasanya dhe lebay banget 😀
boleh boleh nih,,
bagus sekali artikelnya, thx