Saat dirugikan atau mendapat layanan yang kurang baik dari produsen, biasanya saya selaku konsumen malas protes, khususnya bila kerugian itu tidak terlalu banyak. Ini lebih karena saya malas ribet saja.
Ya, di mata saya, protes ke produsen itu sungguh merepotkan. Paling-paling produsen bersikap defensif dan tidak begitu saja menerima protes kita. Ah, daripada repot, biarkan saja sudah. Yang jelas, saya akan meninggalkan produsen itu. Saya tidak berminat membeli produk atau menggunakan jasa pihak yang sudah mengecewakan saya.
Di sisi lain, ada juga tipe konsumen yang tidak segan-segan protes, sekecil apa pun kerugian yang dia peroleh atas produk atau layanan si produsen. Dia akan berjuang untuk memperoleh haknya sebagai konsumen. Kalau perlu, “ribut” sekalian dengan si produsen. Bukan masalah besar atau kecilnya kerugian yang ia dapat, tapi lebih karena masalah hak. Ya, bagaimanapun konsumen berhak mendapatkan produk atau layanan yang baik.
Dari dua tipe konsumen itu, saya merasa tipe yang kedua justru bisa bermanfaat bagi (kemajuan) si produsen. Ya, tipe yang kedua ini mudah melihat kelemahan-kelemahan si produsen, lalu dengan mudahnya pula mengajukan protes, dan itu bisa berarti MASUKAN atau SARAN bagi si produsen.
Bila produsen itu cerdas, maka protes tersebut bisa dimanfaatkan bagi perkembangan dan kemajuan usahanya, demi menjaring konsumen yang lebih banyak.
Sebaliknya, tipe konsumen yang pertama biasanya tidak terlalu peduli dengan kelemahan-kelemahan produsen. Kalaupun merasa ada yang tidak baik atas produk atau layanan si produsen, maka ia lebih memilih diam, lalu pergi dan tidak lagi membeli produk atau layanan tersebut sama sekali.
Nah, ini yang “berbahaya” bagi produsen. Tanpa tahu apa-apa, tanpa ada protes atau masukan dari siapa-siapa, tiba-tiba saja dia kehilangan para pembelinya. Ya, si produsen tidak mengerti sebabnya sama sekali, yang dia tahu semuanya berjalan baik-baik saja, seperti tidak terjadi apa-apa, tanpa tahu bahwa konsumennya menyimpan kekecewaan yang begitu mendalam.
Begitulah dua tipe konsumen menurut saya. Bagaimana menurut teman-teman? 🙂
Kalau diperhatikan, sepertinya saya belakangan ini berubah menjadi konsumen tipe kedua deh. Saya jadi lebih kritis terhadap produk yang saya pakai, ya pelayanannya, ya produknya. Dulu saya konsumen tipe pertama. Kalau tidak puas, atau merasa dirugikan, saya malas protes. Benak saya dulu selalu bilang, “Biarin aja lah. Males ngurusnya.” 😀
Saya selalu jadi tipe kedua. Uang 200 aja kadang saya minta. Memang kalo dilihat kebangeten tapi kan buat perbaikan mereka juga.
kadang2 saya jadi tipe konsumen yg pertama, kadang jadi yang kedua, tergantung mood aja 😀 untuk jadi konsumen yg kedua, kadang2 gak enak juga, dinilai orang cerewet dan sok 😦 padahal klo jadi konsumen kedua, hati saya lebih plong, seperti baru2 ini, saya telpon itu orang aqua soal kualitas air mereka, untungnya mereka baik, dan mau minta maaf. setelah itu menjelaskan dan mengganti air yang bau. mereka menyadari komplen saya itu buat kepentingan mereka.
beda dengan bank bri yg sy posting itu, yg ada mrk tidak peduli bahkan marah hehehe … macam2 memang. tapi itu sudah resiko kita toh 😀
sepertinya saya termasuk konsumen tipe pertama
hehe…
karna aku ndak suka ribut .. . . aku biasanya seperti komsumen tipe 1. . .
kalau saya tergantung mood sih hehehe, kalau produsennya rese kadang suka males…
berarti tipe produsen juga ada 2, yang menggapi keluhan konsumen, dan yang cuek bebek sama konsumennya hehehe 🙂
wah, saya masuk konsumen tipe kedua.. 😳
baru2 ini, saya kecewa dengan pelayanan dari salah satu jasa cetak digital.. lelet, jutek dan money oriented banget… yang bener aja, cuma minta tolong dipotongin nambah 20rb 😡
Nah, sambil bayar pelunasannya, tanpa basa-basi saya bilang “Kalo pelayanannya masih begini, tutup aja tokonya.. jualan pecel sana..”
kalo aku gimana sikonnya Ditter….lagi “gigi” rendah pake no !….tapi lagi “gigi” tinggi pake no2 😀
Permisi, cuman mau share aja nih. ada info lomba bikin artikel. Hadiahnya lumayan ada 2 buah printer laser jet dan voucher. Caranya tinggal like fanpage >> http://www.facebook.com/anugrahpratamacom. Dan ikuti Contest menulis artikelnya.
Terima kasih
Saya tergantung sikonnya bagaimana, kalau memang perlu mengadu kepada produsen, ya itu akan lebih baik 🙂
Saya tergantung mood, klo lg mood kritis – saya akan jadi konsumen kedua. Tapi klo mood muales – saya jd konsumen pertama…
Suami saya selalu menjadi konsumen kedua, apa saja dia komentari. Kadang2 saya suka protes balik ke doi spy jgn terlalu cerewet. Tapi karena cara protes dan ksh masukannya lemah lembut, byk jg produsen dan penjual yg mo dengerin. Kyk ketika doi komentari warung ayam gorengnya di pinggir jalan, dia bilang ke owner spy para pelayan lbh dikordinasikan agar tetap ada pelayan yg berdiri di dpn, dan bukannya menumpuk di blkng smua – supaya pelanggan dpt service lbh cpt dan sigap…dan ternyata sebulan kmdn, sistem pelayanan terkordinasi itu sdh jalan dan konsumen makin banyak…=)
saya termasuk tipe pertama.. habisnya saya malas ribet dan ribut siih..
kunjungan malem. . . .. .
kalo q kayaknya type yang ke2 dech….
harus kritis dengan sebuah produk….
konsumen tipe ketiga: biar jelek barangnya, tetap saja dipakai. Bagaimana kalau begitu?
jelas makin tua aku semakin menjadi konsumen tipe kedua.
Jadi inget belanja roti, ada semacam serangga di sana. LAngsung deh lapor ke CS …Dan memang, jika banyak konsumen bertipe nomor 2…akan makin memajukan kinerja produsen sebnernya. Cuma banyak orang yang mau repot.
Hi there! Do you know if they make any plugins to protect against hackers?
I’m kinda paranoid about losing everything I’ve worked hard on.
Any suggestions?