Di kota tempat saya tinggal, cukup banyak tempat makan (warung atau restoran) yang tidak sekadar menjual makanan saja, tetapi juga suasana makan. Ada yang berdesain seperti kebun (alam terbuka), ada yang model kafe dengan menghadirkan band-band lokal, ada pula yang mengusung konsep santai dan “apa adanya” sebagai tempat nongkrong sederhana bagi kelompok menengah ke bawah.
Menjamurnya tempat makan seperti itu membuat saya merenung. Mungkin para pengusaha kuliner saat ini semakin memperhatikan prinsip bahwa suasana tempat makan sangat memengaruhi selera makan. Ya, sebuah prinsip umum yang mungkin kita pun mengalaminya, entah disadari atau tidak.
Saya sih kurang begitu paham, kira-kira berapa persen tingkat pertambahan kelezatan sebuah masakan bila dimakan di tempat yang nyaman. Tapi yang jelas, bila saya makan di restoran kebun yang bersih dan indah misalnya, maka sepertinya kok selera makan saya semakin bertambah. Hidangan di depan mata langsung saya lahap dengan nikmat 🙂
Memang, harga makanan di tempat makan atau restoran seperti itu biasanya lebih mahal (di atas rata-rata). Sepertinya itu adalah efek wajar dari kelebihan atau nilai plus yang ditawarkan.
Ya, untuk merancang, membuat, dan merawat tempat makan yang bersih, bagus, dan nyaman tentu membutuhkan dana yang tidak sedikit. Dan hal itu bisa tertutupi dengan menaikkan harga makanan.
Nah, sekarang konsumen tinggal memilih, mau makan di tempat yang biasa tapi murah, atau di tempat yang “nggak biasa” tapi mahal. Kalau saya pribadi sih lebih suka beli di tempat yang biasa, tapi yang masakannya enak.
Di sekitar kos saya ada beberapa warung makan yang masakannya sangat lezat namun harganya sangat terjangkau. Kelemahannya memang tempat makannya biasa-biasa saja, bahkan cenderung kumuh. Biasanya sih saya menyiasatinya dengan cara ini: nggak makan di tempat, tapi dibungkus untuk dimakan di kos saya yang sangat nyaman itu, hehe…. 🙂
Bagaimana dengan teman-teman?
iya bener bgt nih, suasana tempat makan mempengaruhi selera makan.. Kadang kita nyari tempat makan yang enak, dan ga mikirin klo harus ngantre panjang..
Good Posting.. Kirim terus tulisan ke VIVAvlog..
Sebagai anak, kos sejauh ini favorit saya tetap warung nasi khas anak kos, baik warteg, warnas Sunda, atau nasi Padang. Biasanya di sekitar kampus, banyak tempat makan murah tapi berlomba-lomba menyajikan “kenyamanan” 😀
Makanan dan tempat makan yang paling enak bagi saya, tetep makan makanan di rumah hehe… 😆
ngga ngaruh ah DIt, buat saya sih yang penting rasanya enak, porsi banyak, harga murah 😆
baru banget ada kejadian, sebuah tempat makan, eh sebutlah kafe di sebuah mall, tempatnya, interiornya, suasananya bagussss banget… tergodalah saya mampir dan ingin mencicipi makanannya *sebenernya sih kegoda sama penampilan si kafe duluan* dan menyesaall krn makanannya ngga enak, porsinya kecil dan mahalll. apa yang terjadi, kafenya tutup sekarang, gulung tikar, krn sepi pengunjung. Dimanamana sebagusbagusnya tempat makan, kl makanannya ga enak lamalama tutup juga 😀
menurut saya, lebih enak masak masakan buatan saya sendiri. mau coba? :p
@Tommy Adi Wibowo: Hehe… terima kasih banyak! 🙂
@Elfarizi: Sip… di sekitar kantor saya juga banyak warung makan murah nih, karena ada di dekat universitas, hehe….
@Ipras: Hahha… bener, Sob. Kita bisa makan sepuasnya tanpa harus mikir uang, hehe….
@Misstitisari: Rasa enak, porsi banyak, dan harga murah, itu juga favorit saya, Mbak. Dan sepertinya juga favorit teman-teman semua, hahaha…. Wah, kafenya melupakan unsur terpenting dalam membuka bisnis kuliner ya, yakni rasa makanan…..
@Gaby: Mauuuuuuuuuu… oseng-oseng buncis pakai ayam giling, hahaha!
kalau saya sih masih tetep suka capcay depan pertiwi mas,
tapi dibawa pulang cz lokasinya gak memungkinkan buat tempat makan
(emperan rumah orang)
😀
Iya, biasanya meskipun enak tapi kalau kondisi sekitarnya enggak mendukung saya milih bungkus aja..
Dulu waktu aku di Bandung juga gitu sih siasatnya. Membungkus makanan di warung trus makannya di rumah, huahaha 😆 . Tapi kalau kita pergi hang out bersama teman-teman gitu kan tentu lokasi jadi pertimbangan juga dong ya. Mungkin inilah pangsa pasarnya mereka. Suasana makan enak itu menargetkan orang-orang yang mau berkumpul bersama teman-temannya atau kerabatnya 🙂
Kalau di Belanda ini mah boro-boro beli makan di luar. Jarang banget, huahaha 😆 . Tapi disini semua restoran/kafe gitu pasti bersih sih, nggak ada yg kumuh, karena ada kontrol ketat dari pemerintah tentang kehigienisan dan orang-orangnya memang sudah lebih sadar akan kebersihan, hehe 🙂
murah meriah cooyy, itu yg pas sob kalau tempat g begitu penting khan bisa dibungkus di bawa pulang……..
sekalian bungkusin 1 buat aku bang. . . kelaperan nih. . .
@Puchsukahujan: Oalah… wah, sepertinya enak banget tuh capcay depan Pertiwi, hehe…
@Giewahyudi: Wah, kita sama, Mas. Hehe….
@Zilko: Bener juga ya, Sob. Mungkin pangsa pasar mereka memang orang-orang yg ingin kumpul2 atau makan bareng. Saya pun tiap mau makan bareng bersama teman-teman biasanya juga mencari tempat yg nyaman dan enak buat ngumpul, hehe….
@Outboundmalang: Murah dan yg nggak kalah penting adalah enak, Sob…. 🙂
@Susu segar: Ahaahaha… sini ke tempat saya aja, Bang. Nanti saya suguhin makanan 🙂
kalo saya jarang makan di warung,gak cukup badgetnya,mungkin saya lebih makan masakaan khas ana kos(*mie instan),harga murah tapi enak gak kalah sama makanan resto(*heeee)
kalo dhe mah lebih memilih dua-duanya.. kalo bisa makan enak, di tempat yang nyaman, dan harganya murah.. hahahahaha 😛
saya mana aja boleh… semua bakal terasa enak kalau lapar… 🙂
@Ibnu ch: Iya, Sob. Mie instan memang enak, dan harganya pun murah. Tapi sayangnya kurang baik untuk tubuh, apalagi kalau terlalu sering makannya, hehe….
@Dhenok Habibie: Ahhahaha… prinsip umum anak muda, hhaha….
@Falzart Plain: Iya juga sih, Sob. Hehe…. 🙂