Saat masih kuliah dulu, tepatnya saat masih semester satu, saya pernah kecopetan. Benda yang dicopet adalah telepon seluler kesayangan saya. Meski tergolong butut dan agak kuno, tapi itu adalah ponsel pertama yang saya punya. Belinya pun pakai uang sendiri, jadi benar-benar merupakan salah satu benda kesayangan.
Saat kecopetan itu, saya kesal setengah mati. Benda yang selama ini selalu saya banggakan harus hilang diambil pencopet. Rasanya ingin sekali menangkap pencopet itu lalu melemparnya dari Monas.
Kekesalan yang memuncak itu pasti dialami pula oleh para korban pencopet lainnya. Mungkin saya masih mending, benda yang hilang cuma ponsel. Lah, kalau dompet yang isinya surat-surat penting? Wah, pasti jauh lebih kesal, karena biasanya pengurusan surat-surat penting seperti itu cukup merepotkan.
Saya yakin, para pencopet menyadari bahwa mereka bisa saja jadi bulan-bulanan massa bila tertangkap. Apalagi bila ada yang pernah menjadi korban copet di antara massa yang mengeroyok itu. Momen pengeroyokan akan menjadi kesempatan emas untuk membalas dendam. Kalau demikian, si pencopet bisa mati dikeroyok.
Meski dibayang-bayangi oleh risiko yang sangat besar seperti itu, tapi ternyata mereka tetap menjalankan pekerjaan tersebut, bahkan sebagian besar di antaranya bisa beroperasi dengan baik. Mungkin mereka yakin dengan keahlian atau skill yang mereka miliki, sehingga risiko seperti itu tidak terlalu menjadi beban mereka.
Jelas bahwa mencopet merupakan aksi yang sangat buruk dan bahkan dalam kasus tertentu tergolong keji. Namun, ada pelajaran yang bisa kita ambil dari para pencopet, yakni keberanian yang teguh dalam menjalani pekerjaan. Dengan keberanian itu, mereka bisa menjalankan pekerjaan dengan baik.
Bayangkan bila keteguhan seperti itu kita praktikkan dalam pekerjaan yang positif, misalnya pekerjaan kita sehari-hari. Wow, tentu hasilnya akan jauh lebih baik dibanding menjalankannya dengan berat serta penuh rasa cemas dan khawatir.
Saya sendiri dalam menjalankan pekerjaan sekarang ini, kadang merasa takut dan khawatir dalam menghadapi tantangan-tantangan kerja yang bisa datang sewaktu-waktu. Berdasarkan pengalaman, rasa khawatir itu ternyata membuat hasil kerja menjadi tidak maksimal. Tapi, ke depan saya akan berusaha mengatasinya.
Saya akan belajar dari pencopet! Eits, bukan belajar mencopet lho, ya. Hehe…. π
Gambar diambil dari sini.
Jangan takut dan ragu. Hajar setiap kesempatan.
Seperti jiwa pencopet.
sipoo..
Belajar dari pencopet : berani walaupun beresiko
asal jangan niru sisi tanggungjawabnya aja π
Yap. memang harus berani mengambil risiko. hmmm
Dapet nyopet ilmu disini. Tengkyu bro. π
berani menerima tantangan dan resiko namun dalam hal yang positif, itu yang dapat kita jadikan pelajaran
Yup’s.. Keberanian menantang bahaya seperti itu memang bagus bila dipakai kedalam hal positif
Resiko-resiko itulah sesuatu yang harus dilewati untuk membuktikan kehebatan kita. π
Kalo bisa belajar dari siapa saja, ambil sisi positifnya, betul … ???
Betul betul betuuuullll!
Kunjungan balik π
Kadang kita memang mengkhawatirkan sesuatu yang tidak perlu. Kalau dalam kerjaan, itu bisa menghambat ya.
Oia, kunjungan pertama ini saya bagi-bagi tugas yaaa π Sila dicek di sini: http://homesweethome87.wordpress.com/2011/11/20/the-eleven-stuff-which-make-me-lazy-to-done-but-its-such-a-fun/
Dan yang terakhir, bisa tukeran link, mas? π
Makasih π
Kadang kita takut terhadap sesuatu yang sebenarnya belum terjadi pada diri kita. Misalnya, tidak mau memulai bisnis online karena takut gagal. Padahal, mencoba saja belum.
ahaaa, belajar dari pencopet. hikmahnya oke dit…
Ketika kita takut untuk melangkah, takut akan resiko buruk yang akan kita alami, takut gagal, dan takut-takut lainnya, maka luangkan waktu kita sejenak untuk mengingat kembali saat kita balita. Saat itu, kita tidak pernah mencemaskan rasa sakit karena jatuh saat mencoba berjalan, walaupun tahu bahwa kaki kita belum terlalu kuat untuk menopang berat badan. Kita tidak pernah menyerah untuk meraih apa saja yang ada di depan maupun di atas kita walaupun dengan sangat susah payah.
Kita selalu berusaha dan terus berusaha. Kemudian belajar dari setiap pengalaman yang telah dilewati. Sampai akhirnya kita bisa!
masyaalloh sedihnya yg kehilangan barang π₯
insyaalloh diganti dgn rejeki lain, aamiin.
iya nih, HP-ku juga udah butut dan ketinggalan jaman dibanding seri-seri terbaru yang udah keluar. tp namanya udah cinta ama satu barang, biar penampilan butut ya disayang-sayang lah π
Wah, ini nih yang patut ditiru,,
berpikiran positif, mengambil hikmah dari tiap peristiwa ~halah
tapi emang ya, kalau yang benda yang dibeli dengan susah payah pake uang sendiri terus ilang , itu sedih banget..
Sepertinya risiko tertangkap memaksa para pencopet meningkatkan kapasitas kemampuannya untuk mencopet lebih baik di hari kemudian kelak. (*terharu)
Dan sepertinya ini tidak hanya berlaku bagi para pencopet, bagi pencuri dan perampok juga begitu, tapi bagi semua orang… π
ada tugas buatmu. cek di blog’ku ya π
kalo barang kita dimaling, pikir aja, mungkin kita kurang sedekah,
sampe2 harta kita diambil paksa sama orang lain.
moga2 aja tuh barang di sana bermanfaat bagi siapapun yang sedang menggunakannya
besok2 lagi aku akan bersedekah lebih
begitu lebih positif ketimbang mengutuk malingnya π
jadi inget tulisan di blogku 2007 lalu
http://annninnn.blogspot.com/2007/05/2.html