Ketika bertandang ke tempat tinggal teman saya beberapa hari yang lalu, saya berkenalan dengan seseorang yang merupakan temannya teman saya itu. Ia bercerita bahwa ia senang menulis, dan setelah lulus kuliah sempat bekerja sebagai penulis tetap di sebuah instansi . Namun, dia baru saja keluar dari instansi tersebut.
Setelah menyimak ceritanya dengan saksama, saya jadi tahu kalau instansi yang ia maksud itu adalah sebuah agen naskah. Sistem kerja yang diterapkan layaknya kantor pada umumnya, ada jam kerja tetap, digaji per bulan, serta uang makan dan transportasi. Ketika dia menginformasikan total pendapatan yang ia peroleh dari agen tersebut, ternyata jumlahnya cukup memprihatinkan.
Padahal, pekerjaan yang ia lakoni di kantor agen naskah itu terbilang rumit, yakni menulis naskah buku. Dalam satu bulan ada target yang harus ia capai, yakni (kalau nggak salah) dua naskah buku. Weleh, nggak terbayangkan di benak saya, bagaimana caranya menulis buku dalam waktu dua minggu. Mungkin memang bisa, tapi untuk dia yang mengaku sebagai penulis pemula, sulit membayangkan hasilnya bisa maksimal. Atau kalaupun bisa selesai dengan hasil yang baik, tentu bayarannya pun juga harus tinggi.
Sejauh pengetahuan saya yang sempat mempelajari dunia penerbitan buku, hasil yang bisa teman saya dapat dengan menulis buku sendiri jauh lebih besar dibanding menulis untuk agen naskah.
Hal lain yang membuat saya prihatin mendengar cerita kenalan baru saya itu adalah ia tidak tahu naskah yang ia tulis diterbitkan oleh penerbit apa dan dengan judul apa, sehingga otomatis, ia tidak mendapatkan jatah buku hasil karyanya sendiri.
Saya mendukung keputusannya untuk keluar dari agen naskah tersebut. Meski demikian, saya juga bilang kepadanya bahwa tidak semua agen naskah buruk. Bagaimanapun, agen naskah memiliki peran yang cukup positif bagi penulis, khususnya penulis pemula. Hanya saja penulis harus benar-benar mencermati perjanjian-perjanjian yang dibuat sebelum menandatangani kontrak kerja sama dengan agen naskah, sebab ada banyak agen naskah yang sistem kerjanya sangat merugikan penulis.
Dalam postingan selanjutnya, saya akan sedikit menerangkan tentang seluk beluk agen naskah, sejauh pemahaman saya. Tunggu, ya 🙂
Agen naskah apa bisa disebut sebagai makelar naskah? Hmm.. Jadi penasaran seperti apa itu.. Baiklah, saya tunggu cerita selanjutnya 🙂
Di semarang kok belum pernah denger ya, mungkin kurang dalem saya mengendus endus seputar semarang 😀
Agen naskahnya di Jogja ya? Jadi penasaran kalau seluk beluk agen naskah di luar negeri gimana ya? bersahabat dg penulis ga ya…semacam Dan Brown klo ga salah jg menerbitkan bukunya lewat agency..
lah..masa udah nyusun naskah cape2
malah ga tau diterbitin dimana dan pake judul apa
mending jadi penulis lepas aja
kirim naskah ke penerbit
diterbitkan syukur, ga juga cari yang lain
hehehe
Lagi ngerti nek ono model ngono kuwi, ck, ck, ck,