Setiap orang pada umumnya punya target-target tertentu dalam hidup, entah target di tempat kerja maupun target pribadi. Demikian pula saya. Ada beberapa target pribadi di luar pekerjaan yang harus saya capai dalam waktu dua tahun ini, tentunya secara bertahap.
Target-target atau rencana hidup yang saya susun itu terhitung realistis, dan bahkan saya sudah punya cara atau langkah strategis untuk meraih target itu. Jadi, sebenarnya saat ini saya tinggal melakukan aksi-aksi konkret untuk mencapainya. Rencana aksi itu saya uraikan dengan detail. Setiap hal yang wajib saya lakukan sudah terpaparkan dengan jelas.
Di tengah upaya untuk mencapai target, biasanya ada aja hambatan-hambatan yang bisa mengendurkan semangat kita. Nah, hambatan yang sering saya temui adalah rasa tertekan yang justru datang dari komitmen terhadap target yang sudah saya tetapkan sendiri.
Rasa tertekan itu kemudian mendatangkan rasa malas yang luar biasa. Rencana aksi yang sudah saya susun dengan detail menjelma menjadi hal yang sangat berat untuk dijalankan.
Misalnya begini. Membaca buku beberapa halaman sebelum tidur sebenarnya adalah hal yang biasa buat saya. Sekadar kegiatan yang berjalan begitu saja. Tapi ketika kegiatan itu termasuk ke dalam bagian dari hal yang harus saya lakukan secara konsisten demi mencapai target pribadi, eh rasa tertekan itu datang. Jadinya saya justru malas untuk menjalankan kegiatan tersebut (membaca buku sebelum tidur).
Itu sekadar contoh kecil aja sih. Anehnya, kalau terkait dengan target pekerjaan di kantor, hal-hal semacam itu nggak terjadi. Rasa malas yang muncul karena rasa tertekan itu ternyata hanya hadir di tengah upaya untuk meraih target-target pribadi di luar pekerjaan.
Lalu saya coba cara lain. Saya mencoba bersikap santai dan berusaha agar pikiran nggak terlalu berfokus pada kewajiban yang harus saya jalankan. Saya lebih memperlakukan rencana aksi itu sebagai hal positif yang berjalan begitu saja, tanpa tendensi apa pun. Saya melakukan itu sekadar untuk mengisi waktu dengan kegiatan yang bermanfaat. Itu motivasinya.
Hasilnya ternyata jauh lebih positif. Setelah mengubah pola pikir, rencana aksi yang awalnya begitu berat kini terasa hanya sebagai hal biasa yang saya lakukan dengan ringan dan tanpa beban.
Dengan berpikir santai, saya justru melakukan action dengan cukup konsisten, bukannya malah malas-malasan. Yah, kadang memang ada bolongnya juga sih. Tapi, perlahan tapi pasti, saya semakin dekat dengan target pribadi saya. Meskipun sebenarnya masih lumayan jauh, hehehe…. :p
Sesuatu itu akan membebani jika ia dianggap sebagai kewajiban.. Tapi jika kewajiban itu dirubah menjadi kebutuhan, maka dapat dijalankan dengan santai dan nikmat..
Saya pun pernah mengalami hal serupa.. Tapi berkat dorongan kawan yang mampu merubah pola pikir saya, maka target-target itupun bisa diraih dengan baik 🙂
setuju banget dengan komen diatas,, kalau wajib ya jadinya males.. Yang penting disukai dulu seh, gak perlu ditargetin juga.. kecuali emang suatu bidang yang perlu perhatian khusus baru deh perlu target 😀
benar. Rintangan dan halangan untuk mencapai target kadang suka muncul dari diri sendiri
target tanpa hambatan itu bagai sayur tanpa garam. aih~
iya, adanya hambatan jadi lebih bermakna kan?
kalo kata orang mah ala bisa karena biasa mas.. jadi dibiasakan dulu saja, dengan santai dan rasa senang tentunya..
ah, iya betul saya juga merasakan seperti itu mas.. jadi ketika saya terbiasa dengan melakukan sesuatu. Lalu berfikir kegiatan itu adalah kewajiban rasaya jadi malas sekali untuk dikerjakan..
Akan lebih baik kalau kewajiban itu kita cintai dan tidak lagi dianggap sebagai kewajiban, tetapi sesuatu yang dibutuhkan dan emang harus ada.