Pas lagi browsing2, tanpa sengaja saya menemukan sebuah tulisan tentang kasus TV One yang diduga melakukan muslihat jurnalistik dengan merekayasa narasumber. Sebenarnya saya kurang begitu tahu detail kasusnya itu seperti apa, sebab kebetulan beberapa minggu kemaren, sampai hari ini, saya jarang banget baca koran dan nonton acara berita di televisi. Tapi, dikit-dikit saya tahu gambaran umum kasus itu dari sini dan sini.
TV One menghadirkan narasumber spesial, yaitu seorang markus (makelar kaskus kasus). Saat itu, tema tentang makelar kasus emang lagi ngetrend banget, dan tampaknya TV One ingin memanfaatkan kondisi itu demi memperoleh rating yang tinggi. Sebuah usaha yang wajar menurut saya. Nah, yang ga wajar adalah kalau usaha itu dilakukan dengan jalan yang curang.
Dikabarkan mabes Polri telah menangkap markus yang menjadi narasumber TV One itu, yang diketahui bernama Andreas Ronaldi (Andris). Dalam pemeriksaan, Andris mengaku diminta berbicara soal markus sesuai skenario dengan pertanyaan dan jawaban yang telah disiapkan. Wah, kalau yang terjadi ternyata benar demikian, maka menurut saya itu adalah kejahatan yang sangat besar! Lebih besar daripada mencuri ayam milik tetangga. Tapi tentu saja TV One membantah tuduhan itu.
Jadi gini loh. Tugas media massa itu kan menyampaikan kebenaran, bukan kepalsuan. Kalau amanah ini tidak bisa dijalankan, berarti media massa itu telah melalaikan kewajibannya. Masalahnya, kewajiban itu berkaitan dengan orang yang sangat banyak. Kalau lalai, maka pihak yang menjadi korban juga akan banyak sekali. Ini mengerikan. Anehnya, kok kasus itu tidak muncul dengan heboh sih. Padahal ini adalah kejahatan besar lho…. Ga kalah sama kasusnya Susno Duadji. Apakah karena objek kasus TV One adalah media massa selaku pemberi berita? Apakah ada unsur pilih kasih di situ?
Sampai sekarang, saya ga tahu kelanjutan kasus itu seperti apa. Saya ga tau yang bener yang mana. Apakah narasumber yang dihadirkan TV One itu beneran markus, atau hanya sebuah skenario seperti yang dituduhkan oleh Mabes Polri? Si Andris sendiri sih mengaku kalo dia bukan markus dan hanya “dipesan” oleh TV One. Sedangkan TV One menganggap bahwa Andris lah yg berbohong dan telah melakukan pencemaran nama baik. Waduh…. Siapa yg bener?
Yang jelas, dengan munculnya kasus ini, salah satu kode etik jurnalistik yg katanya akan melindungi narasumber tampaknya tidak bisa menjadi jaminan bahwa identitas narasumber akan aman. Bisa jadi ke depannya para narasumber yang berkubang di lembah hitam tidak akan bisa percaya lagi dengan para wartawan, sebab mereka akan merasa tidak aman. “Wartawan tidak bisa dipercaya,” mungkin begitu pikir mereka. Kalau kayak begini, maka masyarakat tidak akan bisa tau lagi tentang realitas lembah hitam di luar sana, karena akses menuju lembah hitam itu sudah tertutup.
Oh iya, temen-temen tau acara investigasi (penelusuran) yang sering memunculkan wawancara langsung dengan tokoh yang terjun langsung ke dunia gelap itu ga? Kalo ga salah acara itu dulu disiarkan oleh Trans TV. Biasanya, wajah dan suara tokoh itu di sensor, demi melindungi identitas si narasumber. Misalnya, tentang penelusuran oli palsu, bakso tikus, ayam potong bangkai, pasta gigi palsu, dan lain sebagainya. Saya jadi kepikiran, jangan-jangan narasumber-narasumber itu palsu…. Eit, ini cuma sekadar dugaan tanpa bukti aja lho, hehe…. 😀
Gambar dari sini.
Wah, kasus ini udah agak lama, Dit. Indy Rahmawati, presenter TV One yang digugat lantaran dituduh menghadirkan Andris itu juga sekarang udah siaran lagi dengan enak. Yang jelas, TV One memang terbukti nggak pernah menghadirkan markus palsu kok. Dan kasus ini juga sudah ditutup, TV One nggak digugat lagi.
Iya…. Cuma penasaran aja. Kalo emang ga terbukti, berarti Andris emang beneran markus dong. Tapi kok dia ga ditangkap…. woh….
ah klo gtu smua jga dah twu hampir semua acara tv itu pada lebay
liyat aja yang waktu kasus ma malayser kan infotainment yang lebaynya minta ampun
justru saya setuju dengan twitnya lunmay
Nah lhoh, kok ada logox Jurnalis SMKN 1 Kediri (D’ Jour)